Bab 8

487 56 9
                                    

Akhirnya Sabtu minggu ini bisa memanfaatkan waktu untuk me time. Thea lagi jalan-jalan sendirian seperti biasa. Lagi jadi cewek centil. Dandan full make up dari menggunakan foundie, blush on, eyeliner, mascara, dan eye shadow.

Gaya kali ini berkat rekomen dari Ge saat menunjukkan foto NingNing Aespa yang menggunakan crop top warna krem dan rok selutut. Tentu susah mencari baju yang sama, karena kemampuan finansial. Thea kan miskin kalau dibandingkannya dengan NingNing Aespa. Meski tidak mendapat baju yang sama, Thea menemukan atasan pendek yang tentunya juga tidak mirip. Karena susah sekali mendapat baju yang mirip dengan keluaran luar negeri, dengan harga terjangkau, tanpa dikira KW. Thea mencoba atasan bertali dan tanpa lengan, yang tentunya memamerkan lengan, bahu, dan ketiaknya yang mulus. Bawahannya celana jeans ketat panjang. Thea memamerkan gayanya pada Ge melalui foto, yang langsung dikomen katanya sudah mirip E-girl. Ge memang kurang ajar!

Kemarin malam, Thea juga melihat foto terbarunya si Della, yang bergaya seperti idaman dan impiannya seperti ini. Foto Della yang diposting di akun Instagram-nya dan disukai oleh Nugi bahkan si Lino.

Thea cukup iri dengan kebebasan Della dalam berekspresi. Andai saja dia bisa upload foto sebebas itu juga di akun pertamanya. Tidak berani.

Biarkan dia masih berusaha membangkitkan rasa percaya dirinya dengan sembari sembunyi. Soalnya kalau ditunjukkan ke orang yang dikenal, terus dapat komen penuh negatif bahkan dikatain. Pasti akan menurunkan rasa percaya diri. Makanya Thea cuma berani upload foto-fotonya yang mirip E-girl cuma di akun keduanya yang private. Hanya difollow oleh Ge, karena cuma cowok itu yang tahu dan mendukung usaha percobaannya. Soalnya Ge juga punya akun privasi yang hanya menampilkan dirinya dengan sisi yang lain. Biasa memang manusia kalo lagi centil-centilnya, tetapi saat dipublish ke publik langsung jadi bahan omongan. Makanya keep it private saja lah hidupnya.

Kalau diingat sejak kapan ya Thea mulai berani berbusana begitu, ya sejak kerja. Bisa beli baju-baju bagus dan seksi. Mulai berani menggunakannya sejak tahun lalu. Dulu saat sudah bekerja dan orang tuanya masih hidup, dia tidak berani menggunakannya dan pergi ke tempat umum. Mau repot dandan atau ganti baju di mana? Mulai berusaha percaya diri setelah berteman dengan Ge. Cowok itu yang selalu meyakinkan Thea agar mencoba hal-hal yang sangat ingin dilakukan. Sama seperti Ge yang bebas berekspresi meski ada beberapa hal yang dia sukai memiliki nilai di mata umum sebagai ‘di luar kodrat’.

Berkat Ge, Thea sudah mulai nyaman dan pede meski harus pergi ke tempat yang tidak akan mungkin bertemu dengan orang yang mengenalnya. Belum sepenuhnya pede kalau belum menunjukkan ke teman terdekat, bukan? Tetapi, dia belum yakin untuk mulai berani upload foto di akun utamanya. Entah sejak kapan dia ingin berekspresi bebas, tetapi tidak mau ditunjukkan ke orang terdekat. Rasanya kayak bakal malu kalau dinilai ‘kok gayanya bukan lo yang biasanya banget deh’ oleh orang terdekat.

Setelah menghabiskan Jcool dan lelah berkeliling Citywalk Sudirman. Thea segera bangun dari duduknya dengan menyampirkan tas selempang dan menenteng ponselnya. Belum jauh berjalan lengannya terasa disentuh oleh seseorang. Thea menoleh dengan terkejut karena langkahnya ditahan.

“Cantiik, ini tas belanjanya ketinggalan,” ucap sosok pemuda tinggi berjaket kulit cokelat muda, dengan paras khas Indonesia, berkulit kecoklatan tapi bersih. Wangi. Ganteng.

Thea tersenyum lebar lega campur malu karena baru teringat, tadi dia meletakkan tas belanjaannya di bawah kakinya. Dia menerima tas miliknya dengan hawa panas memenuhi wajah dan malu berat. “Thank you ya! Astaga, nyaris aja ketinggalan,” gerutunya meratapi kebodohan sendiri.

Pemuda tampan itu tersenyum kecil, lucu, lalu merasa urusannya sudah selesai langsung melangkah mundur kembali ke area meja dalam. Thea masih memandangi ke arah pemuda tadi yang duduk di meja yang ada sebuah laptop terbuka. Cowok berwajah ganteng dengan senyum manis itu masih menaruh minat padanya, melihat padanya dan melemparkan senyumannya lagi.

Dua Dua SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang