Bab 25

301 23 0
                                    

Nugi benar-benar sudah sadar, kecurigaan dan keresahan dalam hati yang mengganjalnya itu sudah bukanlah asumsi lagi, melainkan fakta kalau Thea berubah menjadi pembangkang. Cewek itu jadi lebih suka pergi dengan orang lain dibandingkan menghabiskan waktu hari libur bersama.

Malam ini usai menelepon Thea menanyakan kabar kesehatan cewek itu yang sakit gara-gara dirinya, dia masih merutuki sikapnya kemarin. Andai kejadian itu tidak terjadi, Thea tidak akan sakit.

Nugi sangat merasa bersalah soal kejadian Thea yang emosi menampar dirinya dan membuat cewek itu kehilangan keseimbangan tubuhnya dan terpeleset jatuh ke kolam renang. Hampir saja bikin anak orang meninggal. Bisa gila kalau dia berakhir membuat Thea kenapa-napa.

Perasaannya mendadak berubah drastis menjadi geram yang sulit ditahan. Tapi dia harus menahan karena tidak mungkin meluapkan emosinya dengan keadaan Thea sedang demam tinggi.

Entah apa yang membawanya pada kesempatan yang baik untuknya, selalu saja Tuhan membawanya pada jalan-jalan yang menunjukkan untuk melihat sesuatu.

Saat mengurus Thea di rumahnya, cowok itu ingin mencarikan baju hangat. Dia tidak sengaja membuka lemari gantung baju Thea dan menemukan sesuatu. Dia mengenali salah satu baju dress pendek dan kecil berwarna pink muda mirip bunga mawar. Baju yang warnanya mirip dengan seorang cewek yang pernah dilihatnya saat di mal dan Nugi amat yakin wajahnya mirip dengan pacarnya itu.

Isi pikirannya langsung dipenuhi Thea yang sejak awal pacaran dengannya memang berubah. Gaya aslinya memang berbeda dari yang biasanya. Suka berdandan dan memilih baju sesukanya. Suka pakai baju seksi dan mini.

Dia langsung emosi. Gue ngelarang dia pake baju dan dandan kayak gitu. Trus dia jadi bergaya kayak gitu di depan cowok lain? Sialaan banget!

Nugi emosi berat sejak melihat baju Thea yang itu. Dia tidak bisa terlalu lama dekat cewek itu sampai bisa berpikir tenang dan hatinya jernih. Melupakan ucapannya yang ingin menemani Thea sampai malam hari.

Nugi pulang dari rumah Thea tapi pergi ke rumah Aldric. Untungnya temannya itu di rumah. Nugi datang tanpa ngabarin terlebih dahulu karena tiba-tiba saja dia mengarahkan mobilnya ke rumah Aldric.

“Lo tau apa aja, Dric? Apa yang Thea lakuin di belakang gue selama ini?” Nugi menahan agar tidak emosional. Tapi dari kata-katanya saja sudah kelihatan masalahnya.

“Menurut lo gue bakal ngomong apaan setelah gue sendiri kena tuduh lo. Gue yang nggak ngapa-ngapain aja kena tuduh. Lo cuma nuduh-nuduh orang aja, Nug. Gue juga nggak tau apa-apa!” Sorot mata Aldric berkilat tapi juga ada kebingungan di sana. Mencoba tetap tenang tapi emosi kesalnya juga tidak bisa disembunyikan.

Nugi menyadari sikapnya sudah keterlaluan nyerang Aldric yang dia kira pasti akan tahu sesuatu. Temannya itu kan dekat dengan Thea dan mungkin akan tahu sesuatu. Atau memiliki pikiran yang mencurigai Thea. Tapi, Aldric benar-benar tidak memberikan informasi tentang Thea. Entah jujur atau memang menyembunyikan sesuatu.

Nugi minta maaf dan tidak enak hati. Dia menjelaskan kalau hari itu dia bertemu dengan Thea yang izininnya mau pergi sendirian di kolam renang.

Dan, di sana ada Havi, sepupunya.

Walau keduanya tertangkap tidak sedang bersama, dengan keberadaan dua orang itu di tempat yang sama sudah memberikan dugaan aneh.

Dua Dua SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang