Bab 38

1K 39 5
                                    

Setahun kemudian.

Thea diminta Aldric buat jadi bridesmaid acara pernikahannya dengan Vella. Cewek yang dikenal Aldric 10 bulan lalu dan mereka akan menikah 2 bulan lagi.

Thea tidak keberatan diminta bantuan oleh Aldric dan juga Vella yang ikut mengikutsertakan dirinya ke dalam daftar orang-orang yang akan dibuatkan gaun sebagai pengiring pengantin. Gaunnya juga akan diterima jadi tanpa perlu urus jahitan sendiri. Dia hanya perlu setor badan untuk diukur tubuhnya dengan datang ke Glam Studio, tempat di mana Vella mempercayakan untuk handle membuat wedding dress-nya. Warna gaun untuk bridesmaid-nya kata Vella mengambil warna favoritenya, dusty pink. Cewek itu hanya bisa memakai gaun warna putih dan putih gading, kasihan.

Thea merasa tersanjung, karena dari pihak Aldric cuma ada dirinya seorang diri yang diminta dan diperlakukan seperti keluarga penting pria itu. Saudara sepupu-nya saja ada 3 orang cewek tidak ada yang diminta menjadi bridesmaid. Kata Aldric, karena ketiganya sibuk masing-masing, tidak bisa datang ke Jakarta untuk fitting gaun.

Belakangan Thea baru tahu dari Vella kalau itu permintaan Aldric yang minta agar Thea juga memiliki gaun yang sama dengan bridesmaid Vella. Aldric tidak pernah meminta untuk para sepupunya yang lain. Karena sebenarnya Vella sudah memiliki banyak temannya yang dijadikan bridesmaid.

Saat ini Thea sudah berada di mobil yang dikemudikan Aldric. Mau dianterin ke Glam Studio untuk fitting gaunnya. Tante Cici akan menyusul langsung ke sana karena sejak tadi pagi pergi untuk mengunjungi toko makanan ringan miliknya di pasar.

Aldric sempat mengeluh mengapa mamanya masih sibuk ngurusin barang dagangan yang sudah ada penjaga tokonya. Kalau urusan dagang dan duit memang susah dilarang-larang. Vella sudah berada di sana sejak tadi pagi karena butuh waktu lebih lama untuk mengurus design yang dia inginkan, ingin detail dalam gaun yang seindah bayangannya, katanya.

“Lo nikah gue gimana, Dric?” Thea bertanya seraya menatap sosok di sebelahnya. Dia tidak mau perjalanan itu hanya akan diisi oleh suasana sunyi.

Aldric menoleh dengan raut wajah heran. “Nikah juga?” tanyanya agak bernada hati-hati takut disangka bakal nyuruh-nyuruh.

Bernada hati-hati saja Thea sudah langsung berubah masam dan menatap sebal. “Lo nggak mau adopsi anak? Adopsi gue aja.” Tentu saja bercanda karena matanya berseri-seri usil.

Wajah Aldric yang menatap padanya sudah serius. “Boleh. Lo mau murtad?” Ucapannya benar-benar di luar logika Thea.

“Anjir lo, ah!” decak Thea menahan tawa geli.

“Makanya jangan aneh-aneh!” seru Aldric langsung menghapus wajah seriusnya menjadi tawa meledak.

“Ih, resek! Maksud gue serius tadi gue nanya gitu karena tiba-tiba kepikiran aja.” Lalu bahunya mengendik, tanda menghapus keinginan mikirin hal itu lebih jauh lagi. Dia berusaha tidak peduli lagi.

“Jangan latah kepengen. Akan ada waktunya juga nanti.” Aldric membuat Thea menoleh dan mengangguk pelan.

Thea jadi keinget saat di acara pernikahan Gita 3 bulan lalu. Dawai juga menanyakan sesuatu, “Lo punya pandangan menikah?”

Thea menjawab, “Masih jauh.”

“Masih mikirin dia?” Dawai mengingatkan akan seseorang itu.

“Nggak kok, gue belom ketemu dengan seseorang aja. Lagian, gue sendiri gini juga nggak apa-apa.” Jawaban itu bukan hanya penghiburan diri semata, karena nyatanya dia memang tetap baik-baik saja dan bahagia meski masih sendirian.

🖤🖤🖤

Saat pengukuran gaun yang untuk bridesmaid tidak butuh waktu yang lama. Permintaan Thea tidak banyak, dia memilih model yang menutup bahunya dan lengan atas dengan renda bermotif bunga-bunga cantik. Roknya model lurus ngepas tubuh dengan belahan di samping kaki kanan sampai agar mempermudah pergerakannya.

Dua Dua SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang