✈️CHAPTER 20 : BELUM SELESAI?

5.3K 340 271
                                    

ِسْــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Jangan lupa sholawat temen temen

{Allahumma sholli ala Muhammad, Wa ala ali Muhammad}

❗SEBAIK BAIK BACAAN ADALAH AL-QUR'AN

📍Sebelum lanjut jangan lupa tinggalin jejak kalian dengan vote dan komen di setiap paragraf ya, gratis kok📍

[Target hari ini 200 komen dan 100 vote, kalau tembus 200 komen, kita lanjut ya guyss! Bantu share cerita ini juga biar semakin rame]

“Jangan pernah mengambil hati seseorang jika kamu tidak berniat menjaganya”

Captain To Jannah—

✈️✈️✈️



Di sebuah ruangan serba putih dengan aroma obat obatan rumah sakit, seorang pria terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Pria itu adalah Kai, Fatim sempat membawa Kai ke rumah sakit terdekat saat Kai jatuh pingsan.

Begitu dokter memeriksa keadaan Kai, Fatim tidak sengaja menemukan sebuah amplop yang terjatuh dari genggaman Kai. Fatim sangat penasaran dengan isi dari amplop tersebut. Akhirnya Fatim pun membukanya lalu membacanya.

“Keluarga atas nama pasien Kaivandra?” Panggil seorang perawat.

“Iya. Saya temennya, sus. Kebetulan tadi saya yang bawa Kai kesini.” Fatim berdiri dan langsung menyimpan kembali surat dari amplop itu ke dalam tas nya setelah ia membaca isi surat itu.

“Pasien ingin bertemu dengan anda,” ujar perawat.

“Oh iya.” Fatim pun masuk ke dalam ruang rawat Kai.

Awalnya semua senyap, tidak ada yang mengeluarkan suara. Bahkan saat Fatim masuk kesana, Kai tidak menoleh pada Fatim. Melainkan pandangannya hanya tertuju pada jendela rumah sakit. Tetapi setelah itu, Kai mengeluarkan suaranya.

“Kenapa lo gak kasi tau gue Tim, kalau Zayna udah nikah?” Fatim terdiam, dan terjadi keheningan sejenak.

“Lo tau kan, sebesar apa cinta gue sama Zayna. Dan lo pasti juga tau bagaimana perjuangan gue buat bisa nikahin Zayna. Bahkan gue juga sampai ribut sama bokap gue. Tapi kenapa lo tega sama gue, Tim? Bukannya lo bilang, lo juga sahabat gue? Tapi apa sahabat setega ini, Tim?” Ucapan Kai membuat Fatim bungkam. Ia tidak tau harus menjawab apa sekarang.

“Kai...”

Kai kembali memotong ucapan Fatim. “Fatim, gue cinta banget sama Zayna. Tanpa gue peduli, bagaimana kepribadian nya. Karena yang gue rasain, kehadiran Zayna bisa memberikan warna baru buat hidup gue. Hidup gue yang awalnya hanya bagaikan lukisan hitam putih, seketika langsung berubah jadi lukisan penuh warna sejak kehadiran Zayna dalam hidup gue.”

Pandangan Fatim kini terfokus pada Kai yang terbaring dengan tangan yang tersambung selang infus itu. “Seharusnya gue yang marah sama lo, Kai. Semua ini terjadi, karena keegoisan lo sendiri, pernikahan Zayna terjadi juga kan karena keegoisan lo sendiri. Jadi gue rasa, gak ada gunanya lo marah sama gue saat ini karena udah nyembunyiin pernikahan Zayna ini.”

Kai langsung menatap Fatim dengan tatapan heran. Sampai akhirnya Fatim melanjutkan kalimatnya. “Berhari hari lo gak ada kabar, lo juga gak ada nemuin Zayna. Lo tau, Zayna juga butuh lo waktu Om Ridwan memutuskan buat jodohin Zayna sama anak sahabatnya. Zayna cari lo kemana mana, ke rumah lo, kantor, markas dan tempat tempat yang mungkin lo datengin. Tapi apa? Zayna tetep gak dapet info apa apa tentang lo.”

“Lo gak sadar, kalau sikap lo yang tiba tiba ngilang kayak gitu adalah sebuah keegoisan? Bukan cuma Zayna yang kecewa sama lo, tapi gue juga kecewa, Kai. Lo kan yang janji bakal terus ada di samping Zayna dan bahagiain Zayna. Tapi kenapa lo malah ngilang gitu aja? Kalau lo memang udah gak bisa ngelanjutin hubungan sama Zayna, setidaknya lo ngomong baik baik ke Zayna atau gak tinggalin pesan atau apalah gitu. Gak ngilang seenaknya aja.” Setelah mengomel panjang lebar, barulah Fatim merasa lega.

“Iya, gue egois! Tapi ada alasan kuat di balik keegoisan gue itu, Tim.”

Seketika Fatim pun melempar sebuah amplop putih ke pangkuan Kai. “Ini alasan kuat yang lo maksud?” Seketika Kai hanya diam membeku, menatap amplop yang sudah kusut itu.

“Kenapa lo sembunyiin tentang penyakit kanker hati lo, Kai? Lo takut, kalau Zayna bakal ngejauhin lo, iya?”

Fatim tersenyum smirk. “Sahabat gue gak serendah itu, Kai. Zayna bukan perempuan yang mudah ninggalin orang yang dia sayang gitu aja. Apalagi ninggalin lo hanya karena penyakit yang lo derita. Karena gue tau, kalau Zayna bener bener tulus cinta sama lo.”

“Justru itu, Tim. Gue merasa gak pantes bersanding sama Zayna. Karena seburuk buruknya Zayna, Zayna tetap punya sisi baik yang gak dimiliki perempuan lain. Zayna selalu bisa menghargai pasangannya dengan sangat baik dan tulus mencintai orang yang dia sayang tanpa syarat.”

“Jadi gue berpikir, kalau gue gak layak buat Zayna. Dan Zayna layak dapetin laki laki yang layak dibanding gue.”

“Dan sekarang, gue rasa harapan lo terwujud.” Sambung Fatim yang lalu menoleh pada Kai.

“Zayna udah sah jadi istri dari seorang captain pilot yang baik, tulus, dan bisa membimbing Zayna." Kalimat Fatim jeda sejenak. "Captain pilot itu adalah captain Rashdan Zayyan Al-Fatih.”

“Apa Zayna bahagia dengan pernikahannya?” Tanya Kai penasaran.

“Gue rasa bahagia, dan hari ini lo bisa liat sendirikan? Zayna mungkin bahagia, tapi dibalik kebahagiannya Zayna itu, ada luka yang masih belum sembuh, Kai. Dan gue rasa, cuma penjelasan dari lo yang bisa nyembuhin luka itu.”

Kai mengusap wajahnya dengan perasaan bersalah. “Tim, lo mau bantu gue?”

CAPTAIN TO JANNAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang