✈️CHAPTER 15 : AKHIR PENANTIAN

17.5K 1K 45
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Jangan lupa sholawat temen temen

{Allahumma sholli ala Muhammad, Wa ala ali Muhammad}

❗SEBAIK BAIK BACAAN ADALAH AL-QUR'AN

📍Sebelum lanjut jangan lupa tinggalin jejak kalian dengan vote dan komen di setiap paragraf ya, gratis kok📍


Senyum tipis terukir di bibir Zayna saat melihat foto-foto penuh kenangan yang ia lihat slide demi slide pada layar handphone nya. Kenangan itu terasa begitu nyata, begitu hangat, dan cukup berkesan. Kai, pria yang berhasil mengobati luka lama di hatinya, pria yang berhasil mengisi kekosongan dalam hidupnya. Namun, sebuah kalimat dari Fatim, sahabatnya, terus berputar di kepalanya.

"Makanya belajar move on, Na. Lagian takdir udah nunjukin kalau Kai itu bukan laki laki yang pantas buat, lo. Jadi lebih baik lo fokus sama cinta suami lo. Jangan sampai lo kehilangan orang yang tulus mencintai lo demi laki laki pecundang yang udah ninggalin lo."

Kalimat itu menusuk hati, membuat Zayna terdiam sejenak dalam lamunannya. Kemudian Zayna menghela napas panjang, dengan ragu, ia kembali menekan tombol delete pada setiap slide foto tersebut. Satu persatu foto-foto Kai menghilang dari layar ponselnya.

Zayna berharap, dengan menghapus semua kenangan itu, dirinya bisa benar-benar move on dan menerima cinta dari suaminya. Namun, di balik rasa lega yang menyelimutinya, ada juga rasa sesak yang tak tertahankan. Apakah dia benar-benar bisa melupakan Kai? Apakah dia dengan mudah menerima cinta lain? Pasti akan sangat mustahil untuk Zayna, namun tidak ada pilihan lain.

✈️✈️✈️

Udara di ruangan rumah sakit terasa dingin dan mencekam. Zayna duduk di samping ranjang sementara captain Zayyan berdiri di sampingnya, menemani sang papa yang masih belum sadarkan diri. Wajah papa Ridwan yang pucat pasi, tangannya yang terhubung dengan selang infus, dan alat monitor detak jantung berbunyi teratur, mengiringi keheningan ruangan.

Zayna menggenggam erat tangan sang papa, matanya berkaca-kaca. Ia tak henti-hentinya berdoa agar sang papa segera siuman. Ia tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya jika papanya ikut meninggalkan dirinya.

"Pa, bangun ya, pa. Zayna di sini, Pa," bisik Zayna lirih, air matanya menetes di punggung tangan papanya.

Captain Zayyan sudah berusaha untuk menenangkan Zayna, mengusap usap punggung Zayna. Namun wanita nya itu masih saja tak bisa menahan air matanya. Ketakutan akan kehilangan membuatnya lemah sehingga air matanya pun ikut luruh.

"Zayna gak mau kehilangan orang yang tulus menyayangi Zayna. Kalau semua orang yang tulus menyayangi Zayna pergi, siapa yang akan menyayangi Zayna di dunia ini, pa?" Zayna menunduk dengan menahan air mata yang sudah menggenang di kelopak matanya.

Namun seperkian detik setelah itu, Zayna merasa ada pergerakan dari tangan sang papa. Zayna pun kembali mendongak, menatap wajah pucat pasi sang papa yang ternyata sudah menatapnya.

"Pa?" Zayna langsung menghapus sisa air matanya.

"Kamu kenapa menangis, nak?" Tanya papa Ridwan dengan suara lemas nya.

Dengan cepat, Zayna menggeleng. "Papa gak akan pergi ninggalin Zayna kan, pa?"

"Pertanyaan macam apa itu, Zayna? Setiap manusia pasti akan pergi dari dunia ini menuju tempat abadinya, rumahnya yang sesungguhnya. Sebab dunia ini, bukanlah rumah abadinya. Dan untuk sampai ke rumah abadinya itu, manusia harus melewati perlintasan yang bernama kematian."

CAPTAIN TO JANNAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang