19. bangun

2.2K 94 0
                                    

Happy reading!!🐣

Mark sudah tiba di mansion daddy nya. Ia berjalan pelan tertatih memasuki mansion. Ia perlu mengistirahatkan tubuh nya.

Di sana ia melihat keluarga nya sedang makan malam, aah Mark lupa kapan terakhir kali ia makan? Kemarin siang?

"Selamat malam dad, bu..!! Mark sudah pulang." sapa Mark kepada Jaehyun dan Taeyong.

Mark hanya ingin daddy dan bubu nya melihat bahwa ia sudah pulang dan tidak perlu khawatir, karena sewaktu masih kuliah dulu, bubu nya selalu khawatir ketika Mark baru pulang di waktu jam makan malam.

Tanpa Mark sadari, sebenarnya Jaehyun dan Taeyong sudah tahu akan kehadiran Mark saat Mark baru memasuki mansion.

Taeyong menoleh, ia terkejut melihat kondisi wajah anaknya yang bisa di bilang pucat dan banyak lebam sana sini. Tapi Taeyong kembali merubah mimik wajahnya menjadi biasa saja.

"hmm, masuklah kamar, ganti baju mu." perintah Taeyong yang melihat baju Mark banyak bercak darah.

Aaahh Mark lupa, pasti keluarganya sedikit tidak nyaman ia berada di sini karena kondisinya.

"iya bubu, Mark akan ganti baju. Mark tidak makan malam, tadi sudah makan di luar. Mark pamit ke kamar dulu." izin Mark pergi meninggalkan meja makan.

Di tengah jalan menuju kamarnya, Mark masih bisa mendengar adiknya "Apa Mark hyung masih belum sadar akan kesalahannya? Kenapa ia masih bisa tenang saat makan? padahal kan Haechan hyung sedang bertaruh nyawa karenanya." ujar Sungchan yang hanya ditanggapi acuh oleh anggota keluarganya yang lain.

○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○

"aahhggg, shhhh.." ringis Mark menahan rasa perih ketika ia mengobati luka nya.

"huuftt.." sesekali Mark akan meniupnya.

"ahh perihh sekali.., tidak Mark ini tidak seberapa. Haechan lebih sakit"

Ketika Mark masih mengobati luka di wajahnya, Jeno dan Sungchan terdengar saling berteriak di depan kamarnya. "Ada apa?" batin Mark.

"JENONGG,,KAU IKUT TIDAKK HAECHAN HYUNG SUDAH SADAR-"

deg

"Haechanie sudah sadar? syukurlah Tuhan, terimakasih, terimakasih." ia sangat lega istrinya telah sadar. Ia harus segera pergi ke rumah sakit. Ia berjalan mengambil jaket, karena entah kenapa ia merasa kedinginan sejak tadi. Saat ia sudah memakai jaketnya dan mengambil topi, ia tak sengaja melihat wajahnya di kaca.

"Wajahku sangat menakutkan, apa aku harus pergi ketika lukaku sudah sembuh saja? Haechaniee pasti tidak suka jika melihat luka ini..,"

"Mark hyung, ini kenapaa?"

"Kenapa wajah Mark hyung jadi jelek ha!!"

"hikss,,ini pasti sakit. Kenapa Mark hyung bertengkar hanya demi aku. Sekarang Mark hyung seperti ini gara-gara aku, aku marah sama Mark hyung"

"Jangan temui aku, sebelum luka Mark hyung sembuh. Mark hyung jelek."

Mark tersenyum ketika mengingat kejadian itu, iya. Haechan marah padanya dan tidak mau bertemu dengannya, karena katanya wajahnya jelek. Ia saat itu bertengkar, karena Haechan hampir saja dipukul oleh salah satu temannya Mark di kampus, kaka tingkat nya Haechan. Mark yang melihat kejadiannya, langsung menepis tangan itu agar tidak mengenai Haechan. Akhirnya terjadi  perkelahian antara dua orang tersebut.

"Baiklah, sayang. Aku akan datang besok ketika lukaku sudah sembuh. Jadi kau tidak perlu menangisi wajah jelekku." Mark terkekeh geli, akhirnya ia kembali meletakkan topi dan jaketnya ke tempat semula.

Ia merebahkan dirinya ke tempat tidur, dan mencoba memejamkan mata. Ia merasa kedingingan sekali saat ini. Dan perutnya terasa terlilit saat ini. Sakit sakali.

"aghh..Chaniee, maafkan aku atas segalanya,,beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya." lirih Mark sebelum dirinya mulai tertidur.

○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○

Saat ini kondisi Haechan sudah terus membaik semenjak dirinya sadar kemarin malam.

Haechan melamun, seraya mengelus perutnya yang sudah terlihat agak buncit itu, ia sangat bersyukur mendengar bahwa bayinya bisa bertahan,

"terimakasih ya anaknya mommy, sudah kuat dan mau bertahan sama mommy disini, baik-baik di sana. Empat bulan lagi kita bertemu ya sayang." ia ucapkan ungkapan sayang itu untuk anaknya.

Ia menghelas napas lelah, ia merenungkan segala hal yang telah terjadi dalam rumah tangganya. Ia tak pernah punya pemikiran, bahwa Mark nya akan bersikap kasar dan bermain tangan seperti ini, hingga membuatnya hampir mati. Ia masih ingat betul, Mark yang malah memilih pergi ketika melihat ia terduduk menahan sakit di perutnya.
Rasa sakitnya bahkan masih terasa sampai sekarang, entah bagaimana perasaan Haechan pada Mark sekarang, ia merasa kecewa, sedih, marah, apa setelah ini ia masih bisa untuk mencintai Mark seperti sebelumnya? Itu yang ada dipikiran Haechan saat ini.

Ten yang melihat putranya melamun hanya bisa menghela napas berat, pasti sulit bagi Haechan untuk menghadapi ini semua.

"Sayang.., kenapa melamun?" Ten menghampiri sang anak.

Lamunan Haechan buyar seketika,

"....."

"Mae, apa aku masih bisa mencintai Mark hyung?" lirih Haechan.

~ tbc ~

Makasihh banyaakk yang udah baca, jangan lupa vote nyaa yaa🦋

Come and Go | MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang