Guys huaa, maaf yaa ga jadi update ga cepat.
Nggak bisa, Eysa nggak bisa kalau nunggu besok buat update.
Ini aja di draft udah selesai empat chapter.
Memang se-pengangguran itu aku saat ini.
Okee semoga kalian tidak mual dengan update anku yang bejibun.
Happy reading!!🐣
Hari ini Mark sudah di perbolehkan untuk pulang. Kondisi tubuhnya sudah fit, perutnya juga sudah tidak nyeri, hanya luka di wajahnya saja yang memang belum cukup kering.
Setelah berbicara dengan dokter kemarin, Mark hanya tidak boleh sampai telat makan dan harus menjaga pola makan. Kondisi yang lainnya tak perlu dikhawatirkan.
Mark berencana untuk segera menemui Haechan, ia sedikit berharap untuk tidak bertemu dengan daddy nya Haechan.
|Mark's pov|
"wahh, Tuhan sepertinya memberkatiku, selamat kau Mark." lega sekali aku, tidak ada daddy Jo ataupun Hendery.
Ketika aku akan membuka pintu ruangan Haechan, dari dalam pintu itu sudah terbuka,
"Ohh shit, tidak jadi selamat" lirihku memandang pintu tersebut seakan menantikan Hendery atau daddy Jo yang akan memukulku.
Mae? bersyukurnya aku, paling tidak Mae tidak akan membuat luka baru di wajahku.
Tapi jika mae memanggil daddy bagaimana?
"Mark?"
"aaa iya mae, selamat pagi!!" aku sedikit membungkukkan badan.
"ingin bertemu Haechan?"
"boleh mae?-" tanyaku tak percaya, akhirnya aku bisa bertemu dengan istriku.
"masuklah, Johnny dan Hendery pergi ke kantor. Aku yang menjaganya. masuklah! selesaikan urusan kalian. Bukan berarti aku sudah memaafkanmu. Aku hanya ingin hubungan kalian segera menemui titik terang, tidak digantung seperti ini. Aku serahkan kembali keputusannya kepada Haechan. Bicaralah kepadanya, jangan kau mencoba menyakiti bear ku lagi!" jelas Ten.
"terimakasih mae," astaga aku bahagia sekali.
Bagaimana ini saking senangnya, aku sampai tidak membawa apa-apa. Seharusnya kan aku membawa bunga atau makanan kesukaan Haechan.
Hatiku semakin berdetak tak karuan, akhirnya aku akan berbicara dan meminta maaf langsung kepada Haechan.
Ceklek
"Mae..kenapa sudah kembali? bukannya-" Haechan menoleh, ia terdiam melihatku yang masih berdiri kaku di ambang pintu.
Aku melangkahkan kaki ke ranjang nya. Haechanku semakin cantik, pipinya semakin berisi, ingin sekali ku gigit.
"Haechan.." panggilku pelan.
Aku lihat ia mengeratkan selimut rumah sakit, dan memegang perut buncitnya seolah melindungi nya.
Hatiku sangat sakit melihat itu, apa yang telah kamu lakukan Mark.
"Haechaniee.."
"PERGII!!" dia mengusirku.
"Chan sebentar saja aku ingi-"
"PERGIII HIKSS KELUARR.." dia menangis berteriak menyuruhku keluar.
Bukannya keluar aku semakin mendekat ke arahnya, ku rengkuh punggung rapuh itu erat-erat. Meskipun ia berusaha menolak dan melepaskannya.
"Haechan,,maaf kan aku..aku benar-benar menyesal..maaf..maaf-" ku mencoba menenangkannya. Setelah ku rasa Haechan mulai tenang, aku melepas pelukanku. Ia masih sesenggukan, dan air mata nya masih terus mengalir tapi ia tidak berteriak. Aku akan mulai berbicara padanya.
Aku duduk berlutut di lantai, ku genggam telapak tangannya,
"maafkan aku atas segala nya, aku tau kata maaf ku tidak berarti apa-apa, tapi aku dengan tulus ingin meminta maaf kepadamu. Aku..aku akan berubah, aku berjanji akan melindungi kalian." genggaman tanganku semakin ku eratkan, untuk meyakinkan Haechan.
"aku mau bercerai"
deg
Aku menggeleng pelan, menolak permintaannya.
"Tidak Haechan, aku tidak mau bercerai, aku mencintaimu, beri aku kesemepatan kedua Haechan, aku - aku akan mengganti segala rasa sakit mu Haechan. a-ku mo..honn mari kita mulai semuanya dari awal Haechan." aku benar-benar menolak untuk berpisah dengan Haechan. Aku tidak sanggup, bagaimana nanti aku tanpanya.
"tidak Mark, hiks..aku terlukaa, aku tersiksa Mark,hikss..aku takut. Aku tidak bisa memberimu kesempatan lagi Mark. Kita bercerai." final nya.
Aku semakin mengeratkan genggaman tangan kita, apa yang harus aku lakukan, Haechan benar-benar akan terluka jika terus bersamaku, tapi..aku ingin selalu menjaga dan melindungi Haechan dan bayiku.
"beri aku waktu sampai anak ini lahir Haechan. aku berjanji kau boleh bercerai denganku setelah anak ini lahir. Izinkan aku untuk bisa memenuhi tanggung jawabku sebagai suami mu. aku mohon." yaa aku harap ini keputusan yang tepat.
Aku akan mencoba agar Haechan mau kembali bersamaku mungkin dengan mengulur waktu Haechan bisa berubah pikiran.
"baiklah, Mark. Aku setuju, aku akan bercerai denganmu setelah anak ini lahir. Empat bulan lagi. Setelah itu kita cerai. Dan sampai waktu itu tiba aku tidak mau kembali ke rumahmu, rumah yang hampir membunuh bayiku. Aku tetap akan membencimu Mark." ucapnya.
|Mark's pov end|
Mark berdiri dari berlututnya, ia menghapus air mata yang terus mengalir. Cengeng sekali Mark.
Mark mengusak pelan rambut Haechan.
"tak apa, kau berhak membenciku. Asal jangan membenci anak ku-"
"kau hampir membunuhnya Mark. Jangan berpura-pura seakan kau peduli dengannya. Aku bisa menjaga dan menyayanginya sendiri. Dia hanya anakku bukan anakmu" potong Haechan.
Mark mengangguk membenarkan,
"yaa, aku ingat. Bahkan aku masih ingat kata-kata kotor yang pasti melukai hatimu. Bajingan ini meminta maaf kepadamu Haechan. Maafkan aku, aku benar-benar bodoh saat itu. Aku berjanji setelah ini aku akan menjadi daddy yang baik untuk princessku.." Mark kembali menangis lagi, menangis hal-hal bodoh yang ia lakukan. Ia sangat membenci dirinya sendiri saat ini.
"Pergi!" usir Haechan.
"Jaga kesehatan, jangan memikirkan apapun, berbahagialah." Mark pergi meninggalkan ruangan Haechan.
Di luar ruangan ia bertemu Ten, Johnny, dan Hendery.
"terimakasih telah mengizinkanku untuk bertemu istriku." Mark membungkukkan badan dan pergi meninggalkan rumah sakit.
~ tbc ~
makasih yang udah bacaa, jangan lupa vote nya🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
Come and Go | MARKHYUCK
Fanfictionaku sayang sama kamu, sampai napas terakhirku hanya namamu yang selalu aku sebut dalam untaian cintaku-mk aku percaya sama kamu mark, jangan pernah hancurin kepercayaanku, sekali kamu hancurin aku nggak akan ngasih kesempatan kedua-hc gw jijik sama...