Esoknya, Aesol kini tengah terduduk disebuah taman kota menunggu Ilha yang pergi sebentar membelikan mineral untuk mereka berdua, dengan berbagai macam belanjaan yang mereka beli untuk perlengkapan prakarya. Menikmati suasana sore hari yang begitu sejuk.
Matanya menatap satu-persatu pengunjung taman. Ada yang datang bersama teman-teman mereka, ada yang tengah berkencan, ada juga beberapa keluarga kecil yang tengah menemani anak mereka bermain.
Aesol tersenyum menatap salah satu keluarga kecil yang kini tengah memakan bekal Aesol tebak pasti bekal itu dibuat oleh sang istri. Tak terasa liquid bening mengalir membasahi pipi chubby nya. Entah lah, Aesol paling tidak bisa jika melihat sebuah keluarga yang tampak harmonis.
Dia teringat akan kedua orang tua nya dulu, ingatannya seakan kembali mengulang ke masa-masa dimana ia kecil. Berpiknik bersama, jalan-jalan ke taman bermain dan saling bertukar cerita. Aesol merindukan Ayah dan Ibunya.
Tak jauh dibelakang gadis mungil itu, Ilha tengah berdiri memperhatikan Aesol sejak tadi. Dia sedikit terkejut ketika menyadari bahwa temannya itu tengah menangis dalam diam. Jujur, Ilha tidak tau apa yang membuat gadis mungil itu menangis. Tapi yang pasti ada rasa aneh yang sulit dijelaskan.
"Ekhemm" pria tampan itu berdehem seakan memberitahukan Aesol bahwa dia sudah datang. Aesol mendongakkan kepalanya lalu dengan cepat menghapus air mata yang membasahi pipinya.
"Terima kasih" ucap Aesol saat Ilha memberikan sebotol mineral dingin padanya.
Aesol yang hendak membuka botol mineral itu, namun tiba-tiba Ilha merebutnya dan membukakan tutup botol tersebut lalu memberikannya kembali pada Aesol.
"Terimakasih" ucap Aesol lagi namun kali ini dengan suara yang pelan, entah mengapa dia menjadi salah tingkah diperlakukan seperti itu oleh Ilha.
"Berapa kali Lo bilang terima kasih setiap harinya?" Tanya Ilha membuat Aesol menatap nya bingung
"Ha?"
"Ha Ho, Ha Ho, sudahlah lupakan" ucap Ilha yang kini menenggak minumannya
"Hehe maaf" ucap Aesol lagi
"Kan, kalau bukan terima kasih pasti maaf. "
Aesol tersenyum mendengar celotehan pria tampan disebelahnya. Entahlah, agak asing rasanya dua hari ini mereka tiba-tiba jadi sering jalan bareng walau memang tujuannya untuk menyelesaikan prakarya
"Ilha" panggil Aesol.
"Hmm" ucap Ilha menolehkan kepalanya menatap gadis yang duduk disebelahnya itu.
"Sejujurnya aku tidak suka berada di taman kota" ujar Aesol membuat Ilha memfokuskan pandangan dan pendengarannya hanya pada Aesol
"Melihat, pemandangan indah seperti ini membuatku iri."
"Kenapa?" Tanya Ilha penasaran
"Eomma Appa ku meninggal karena kecelakaan sejak umur 8 tahun. Mungkin itu alasan kenapa aku tidak suka berada disekitar keluarga yang bahagia" ujar Aesol menjelaskan dengan sedikit tertawa namun air mata nya kembali membasahi pipinya.
"Hahaha astaga, maaf jadi cerita seperti ini." Ucap Aesol sembari mengusap kembali pipinya dengan diselingi suara tawa yang terdengar menyedihkan.
Ilha hanya terdiam, menatap Aesol tanpa ekspresi. Bukan, bukannya dia tidak peduli atau bagaimana, tapi dia seakan ikut merasakan sakit yang Aesol rasakan.
Oh ayolah, ditinggal kedua orang yang paling ia cintai di umur 8 tahun. Siapa yang tidak merasa sedih? Walau memang umur Aesol sudah bukan anak-anak lagi tetap aja itu tidak menutupi keinginannya menginginkan kedua orang tua disisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love Song - Ilha x Aesol // Duty After School [END]
RomanceIlha yang terpaksa harus menuruti keinginan kekasihnya untuk backstreet dari teman-teman mereka. Cerita ini terinspirasi dari momen 144p Ilha Aesol di drama Duty After School. Jika ada kesamaan tempat waktu dan alur cerita, dibawah sepengetahuan aut...