YANG UDAH VOTE MANA SUARANYA?
KANGEN NGGAK?!Selama 15 tahun Naurie hidup di bumi yang bulat ini, sepertinya baru kali ini dia menemukan manusia sesantuy Vian yang abis kena tonjok orang malah ngajakin nongkrong.
Nongkrong yang Vian maksud itu adalah ke puncak. Entah apa yang membuat laki-laki itu mengajak Naurie ke sini yang pasti ini pertama kalinya dia main sejauh ini. Sebelumnya Naurie nggak pernah ngebayangin kalau akan menginjakkan kakinya ke sini apalagi perginya bersama abangnya sendiri.
Abangnya yang saat ini terlihat sama sekali nggak peduli dengan wajahnya yang bonyok bahkan salep yang setengah jam yang lalu Naurie berikan di lukanya Vian pun sepertinya udah hilang. Cowok itu seperti yang nggak menganggap serius masalah tadi. Padahal abis ditunduh ngerebut cewek orang bonus digebukin pula, tapi bisa-bisanya nggak kebawa emosi. Ini kalau Naurie yang diposisi abangnya udah pasti langsung ngacak-ngacak bumi.
Tapi Naurie nggak bohong kalau pemandangan disini benar-benar nggak mengecewakan. Dari tempatnya duduk dia bisa ngeliat hamparan kebun teh yang begitu luas dengan para pekerja yang sibuk, rasanya adem berada disini. Padahal masih di satu kota yang sama tapi rasa-rasanya seperti berada di sudut kota yang jauh dari polusi.
"Oy, ngelamun terus lo." Vian datang dengan membawa piring berisikan somay. Lalu menempati kursi yang sebelumnya dia tempati sambil memakan somaynya. "Mau gak?" tawarnya.
Naurie melirik sekilas lalu menggelengkan kepalanya. Padahal sebelum kesini Naurie dan Vian abis makan seblak tapi bahkan ini belum ada sepuluh menit mereka sampai Vian udah jajan lagi aja.
"Enggak ah Nau masih kenyang, bang."
"Lo kenyang makan apa emangnya? Terakhir yang gue tau lo cuman makan seblak, itu pun seblaknya nggak enak dan nggak lo abisin."
"Heheh."
"Makan nih. Sampe nggak dimakan kagak gue ajak balik lu."
Tangan Vian memberikan sendoknya pada Naurie. Namun gadis itu menolak. "Nau kenyang abang," ucapnya.
"Halah, kenyang makan angin kali. Itu lubang idung lo gede sebelah berarti tandanya lo boong."
"Ish sotoy!" pekik Naurie menabok Vian dengan sebelah tangannya. "Bang Jinan tau nggak ya kalo kita sekarang lagi di puncak?"
Vian menertawai itu. "Ya, tau lah. Tapi lo tenang aja bang Jinan nggak akan nyuruh kita buat balik cepet."
Naurie manggut-manggut mengerti. Kalau emang benar jelas dia seneng banget woy. Enggak rela kalau harus pulang cepet disaat perjalanan menuju kesini memakan waktu satu jam. Sampai rasanya pantat Naurie yang udah gepeng makin gepeng, karna duduk terlalu lama dimotornya Vian.
"Ngomong-ngomong soal kejadian tadi gimana ya reaksi orang rumah ngeliat muka abang jadi bonyok gini." celetuk Naurie.
"Dah biasa mereka mah," sahut Vian kalem.
KAMU SEDANG MEMBACA
8's Brothers
FanfictionNaurie merasa ini cuma mimpi. Bagaimana bisa tiba-tiba dia jadi orang kaya dalam semalem dan memiliki 8 kakak laki-laki yang super duper tampan seperti artis papan atas? kalau ini bukan mimpi, berarti dia lagi halusinasi. ──agustus 2O22' [12/01/23]...