Dengan kondisi setengah sadar, Reksa berjalan menuruni anak tangga rumahnya untuk bergabung dengan mama dan papanya di ruang makan. Lelaki itu menguap sembari merentangkan kedua tangannya, melakukan peregangan untuk otot tubuhnya sebelum berjalan ke arah wastafel.
"Morning, Mama cantik," sapa Reksa memeluk sang ibu dari belakang.
"Papa?" Arif memandang Reksa penuh kecemburuan, padahal sedari tadi ia sibuk membaca koran ketika Gita sedang membuka buah-buahan untuk pencuci mulut. "Papa nggak disapa Mas Gatra?"
Reksa berbalik menghiraukan Arif, ia malah memajukan bibir bawahnya mengejek lalu menunduk mencuci mukanya agar terlihat lebih segar.
"Yang disapa cuma yang cantik."
"Papa ganteng."
Tak mau kalah, Reksa mencibir tanpa beban ikut bergabung duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Arif. "Iya, selamat pagi papa ganteng."
Menjadi anak satu-satunya membuat Reksa tidak punya teman bermain di rumah, untuk itu ia seringkali mengisengi kedua orang tuanya tentu saja masih dalam batas wajar. Terutama Arif, Reksa menghabiskan lebih banyak waktu bersama papanya itu. Mereka punya hobi yang sama di berbagai bidang olahraga, terutama bersepeda, hiking, dan golf. Keduanya sering berkompetisi dengan Gita sebagai suporter mereka.
"Mas Gatra semalem pulang jam satu ma, Papa lihat tuh mobilnya parkir di bawah," adu Arif pada sang istri.
"Gatra udah bilang ke mama kalau bakal pulang telat, huuu papa aja kompor."
"Emang iya, Ma?"
Gita mengangguk disertai tawa kecil yang mengejek pada sang suami. "Udah ah, kamu doyan banget isengin anaknya!"
"Emang semalem kemana?"
"Ke rumah Arsen, bantu dia pindahan ke apartmen," bohong Reksa. "Masakan mama laku keras, mereka bilang makasi juga. Nanti kapan-kapan main lagi kesini," tambah Reksa lagi. Sudah terlanjur jadi ia teruskan saja lagipula masakan mamanya memang enak, Gea saja sampai suka. Jadi pernyataan Reksa tidak sepenuhnya berbohong.
Keluarga kecil itu banyak bertukar cerita. Gita yang masih belum menyerah membuat kue, Arif berbagi cerita tentang kolega juga cerita para karyawan, dan Reksa dengan dunia kuliahnya. Setelah makanannya habis, Reksa pamit terlebih dahulu pada Arif dan Gita karena sudah ada janji dengan Cakra untuk melakukan kegiatan sosial bersama pagi ini. Lebih tepatnya mereka akan menjadi relawan untuk korban banjir di Bogor.
Menggunakan jeans hitam juga kaus putih polos, Reksa melampirkan asal jaket denimnya pada bahu, sedangkan kedua tangannya membawa kardus berisi makanan juga pakaian untuk disumbangkan. Lelaki itu membuka bagasi mobil lalu menatanya dengan hati-hati, dan segera kembali ke dalam rumah. Reksa mencium sopan punggung tangan Arif dan Gita bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOMING
Teen FictionBloom (noun): A Beautiful Process of Becoming. Sederhana saja, Areksa Gatra Sadajiwa jatuh cinta pada target incaran sahabatnya sendiri. Namira Gea Raespati, si primadona tersembunyi kampus yang ternyata punya banyak kejutan. This book are about joy...