Hari minggu, tepatnya pukul tujuh pagi. Gea dan Celine cukup kerepotan memasak sarapan untuk delapan orang di dapur yang berisi interior mewah milik Keluarga Atmaja. Semalam mereka semua bergadang hingga pukul dua dini hari, meneruskan permainan truth or dare lalu dilanjut dengan bermain papan monopoli.
Rambut Gea kini terikat tinggi dengan cepol asal yang membuat beberapa anak rambutnya terjatuh pada wajah gadis itu. Jemarinya lihai mengiris bawang bombay untuk dijadikan kondimen pada spaghetti bolognese yang akan dibuat oleh Celine.
Masih dibalut apron berwarna hijau mint miliknya, Gea berjalan cepat menuju oven yang terletak di ujung dapur, memastikan tingkat kematangan cookies yang sengaja dibuat untuk dibawa pulang oleh Reksa dan teman-temannya ke Bandung pada malam hari.
Adonan kue berwarna merah velvet itu semakin mengembang di dalam sana, Gea kembali mengatur suhu agar kuenya agar matang dengan sempurna. Sambil kembali menunggu, Gea membersihkan kedua tangannya dan memakai sarung tangan khusus oven, gadis itu tersenyum kecil, merasa bangga melihat adonan yang mulai mengembang secara perlahan.
Celine berjalan mendekat, ikut berjongkok di belakang Gea dengan wajah kagumnya. "Wangi banget, Ge." Cewek yang kini rambutnya dikepang satu secara rapi itu mulai mengeluarkan ekspresi laparnya.
"Iya, gue baru kali ini bikin cookies tapi ngga ada cokelat di dalamnya. Ternyata not bad, malah wanginya enak ini menurut gue."
Celine mengangguk. "Setuju. Tapi tumben lo ngga pake dark cokelat?"
"Soalnya Kak Reksa ngga suka cokelat hehe, gue juga udah lama ngga buatin dia sesuatu."
Merasa dejavu Celine kembali menahan pekikan heboh, tangannya memukul-mukul bahu Gea menahan gemas. "Eh awalan kalian dekat tuh karena cake ngga si???"
Gea membalas tatapan Celine dengan satu alis yang membuat kerutan pada dahinya. Betul, awal kemajuan hubungan mereka adalah ketika Gea membuatkan Reksa kue cokelat untuk balas budi. Walau ternyata pemuda Sadajiwa itu ternyata tidak suka cokelat, tetapi Gea tidak terlalu merasa buruk karena Reksa selalu mengapresiasi hal kecil yang gadis itu lakukan.
"Iyaa, di awal tahun pas semester baru juga, sekarang ngga kerasa gue udah mau semester lima dan dia tinggal nunggu ujian kompre."
Wajah Celine semakin berseri gemas. "Lucu banget, couple yang ngga pernah disangka ini." Celine bahkan sampai menggoyangkan lengan Gea penuh semangat.
"Lagi pada ngapain?"
Suara bariton milik Sagara Elang muncul disusul dengan sang pemilik tubuh atletis dengan wajah bantalnya yang masih terlihat tampan walau rambut cowok itu terlihat naik ke atas seperti tersengat listrik saking berantakannya. Kaki Elang mendekat ke arah wasfafel kemudian membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar dibanding beberapa detik lalu.
"Menanam padi."
Elang mendengus mendengar jawaban melantur dari Celine. "Gue bantu masak juga ya?"
"Boleh."
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOMING
Teen FictionBloom (noun): A Beautiful Process of Becoming. Sederhana saja, Areksa Gatra Sadajiwa jatuh cinta pada target incaran sahabatnya sendiri. Namira Gea Raespati, si primadona tersembunyi kampus yang ternyata punya banyak kejutan. This book are about joy...