Dengusan kecil Gea terdengar berat ketika sadar bahwa tali sepatu putihnya terlepas. Padahal hari ini Gea sudah benar-benar lelah, tubuhnya serasa remuk karena terlalu lama duduk dan diam dalam posisi yang sama di dalam kereta. Dengan malas, gadis itu menarik kopernya ke sisi tembok agar tidak menghalangi orang lain berlalu lalang. Gea menurunkan tubuhnya, segera mengambil kedua simpul tali dan mengikatnya dengan erat kali ini.
"Ada yang bisa saya bantu?"
Gerakan tangan Gea terhenti. Perempuan itu mengangkat pandangannya, melihat suara familier yang menyapa indra pendengarannya. Degupan jantung Gea kembali berdetak tak karuan ketika melihat senyum manis yang ditampilkan pria di hadapannya sekarang. Berbagai perasaan seperti rindu, senang, dan sedih tiba-tiba mendominasi dirinya.
"Kak Reksa!"
Gea menghambur ke pelukan Reksa yang tidak siap menyambut gerakan tiba-tiba itu. Namun cepat membaca situasi, Reksa menyambut tubuh Gea ke dalam dekapannya, menaruh dagu pada puncak kepala sang gadis yang masih bersembunyi di balik dada bidangnya. Tangan Reksa membelai lembut rambut panjang Gea yang kini terurai bebas.
"Capek banget ya, kayanya?" tanya Reksa dengan suara berat namun dengan intonasi lembut khasnya.
Gea mengangguk sebagai jawaban, gadis itu masih nyaman pada posisinya, memeluk Reksa sambil menghirup aroma tubuh pemuda itu dengan leluasa. "Kangen banget," kata Gea jujur.
Reksa tersenyum manis, semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh ideal Gea. "Aku juga. Biarin kita isi daya sedikit lebih lama, boleh?"
"Boleh."
Keduanya benar-benar diam selama beberapa menit dalam posisi berpelukan, terlalu nyaman satu sama lain. Baik Reksa maupun Gea sama-sama melepas rindu tanpa banyak bicara, karena Reksa tahu gadis itu pasti kehabisan baterai sosial dan Gea juga tahu bahwa Reksa pasti kelelahan akibat menyetir di malam hari dari Lembang ke Stasiun Bandung.
"Kamu nggak perlu datang, aku bisa sendiri."
Reksa melonggarkan pelukannya, kemudian pemuda itu menyentil pelan dahi Gea. "Aku tahu kamu bisa sendiri, tapi aku mau bantu, aku pasti temenin kamu. Kamu pikir aku nggak khawatir biarin kamu naik ojek online malam-malam begini? Kamu juga pasti capek banget, kan?"
Mendapat serangan pertanyaan dari Reksa membuat Gea menahan senyum gemasnya. "Nggak ketemu seminggu kok makin bawel aja?" tanya Gea sambil mengerutkan hidung pada Reksa.
"Aku serius, Namira."
Gea menatap Reksa penuh kasih sayang, dengan tubuh yang masih berada di dalam kukungan Reksa, perempuan itu sedikit berjinjit agar kedua tangannya bisa menyentuh lembut rambut Reksa yang kini tidak disisir rapi seperti biasanya, Gea dengan telaten merapikan rambut sang pujaan hati, membuat Reksa diam-diam terpesona pada kecantikan yang Namira punya jika dilihat dari jarak yang hanya membatasi keduanya dalam beberapa sentimeter.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOMING
Teen FictionBloom (noun): A Beautiful Process of Becoming. Sederhana saja, Areksa Gatra Sadajiwa jatuh cinta pada target incaran sahabatnya sendiri. Namira Gea Raespati, si primadona tersembunyi kampus yang ternyata punya banyak kejutan. This book are about joy...