Reksa membungkuk di depan Gea yang duduk di atas kursi tunggu. Tangan cowok itu sibuk menggulung kasa pada lutut bagian bawah gadisnya, bergerak pelan dan penuh hati-hati agar Gea tidak merintih kesakitan.
"Aku gak papa."
Wajah Reksa mengeruh, bahkan sang Sadajiwa tidak mendongak untuk menatap Gea ketika menjawab perkataan gadisnya. "No, kamu diem."
Gea terluka ketika mereka membuat kerajinan kaca tadi, saking semangatnya ia tidak sengaja menyenggol material kaca berbentuk persegi di depannya. Karena memakai mini skirt selutut goresan kaca itu mengenai kulitnya sehingga tanpa bisa dihindari darah segar mulai keluar dari sana.
Reksa langsung melepas tang dalam genggamannya, berlari cepat menuju tempat obat yang diletakan di samping kasir dan tidak banyak bicara lagi setelahnya. Yang Reksa lakukan hanya diam dan sibuk membersihkan luka Gea yang menurut Gea sendiri bukan hal besar.
"Kak."
"Jangan marah...." cicit Gea, menarik kakinya namun sedetik kemudian Reksa kembali memegang kakinya, menyuruh gadis itu diam dan membiarkan Reksa mengobatinya.
"Clumsy." Reksa buka suara, menggulung sisa kasa dan memasukkannya kembali pada kotak p3k milik Castle's Handmade. "Kalau lukanya parah, aku marah banget sama diri sendiri."
"Kok jadi nyalahin kamu???" Gea mengangkat bahu Reksa, menyuruh pacarnya itu berdiri dan berhenti membungkuk padanya. "Kan aku yang ceroboh, aku gak gitu lagi nanti."
"Bagus kalau nanti kamu bakal lebih hati-hati."
"Udahan marahnya, muka kamu jangan dingin gitu... aku takut," ujar Gea.
"Gak marah, aku tadi cuma maki maki diri sendiri dalam hati."
Tangan Reksa memegang wajah Gea lembut. "Maaf kalau buat kamu takut ya?"
Gea mengangguk, kini tangannya menggenggam kedua lengan Reksa yang masih bersinggah pada pipinya. "Maaf juga bikin kamu khawatir, jangan marah sama diri sendiri cuma karena aku luka."
"Aku harus jaga kamu."
Gea menggeleng cepat. "Aku ngerti, tapi gak boleh gitu lagi. Aku udah gak papa kok nih liat!" Gea mengangkat tubuhnya, berdiri dan sedikit melompat kecil untuk membuktikan pada pacarnya bahwa dia baik-baik saja. "Im fine," kata Gea sambil tersenyum cerah.
Reksa berdiri panik, segara menahan gerakan Gea dan kembali mendudukkan gadisnya pada posisi yang sama sebelumnya. "Oke, oke glad to hear that tapi berhenti, aku ngeri banget darahnya keluar lagi."
"Kan kamu sendiri yang tadi balut lukanya. Darahnya gak akan keluar lagi, chill bro."
Reksa jadi menyentil gemas kening Gea. "Bener-bener ini cewek," tukas Reksa heran.
"Kamu terlalu lebay."
"Luka kamu lumayan panjang goresannya, emang gak kerasa perih?"
"Kerasa, cuma aku tahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOMING
Teen FictionBloom (noun): A Beautiful Process of Becoming. Sederhana saja, Areksa Gatra Sadajiwa jatuh cinta pada target incaran sahabatnya sendiri. Namira Gea Raespati, si primadona tersembunyi kampus yang ternyata punya banyak kejutan. This book are about joy...