12. Juna's Team

106 11 0
                                    

Bel apartemen Gea ditekan secara brutal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel apartemen Gea ditekan secara brutal. Dari dalam kamarnya, sang pemilik mendengus keras namun tangannya tetap sibuk memasukan beberapa barang ke dalam ranselnya.

"Lambat!"

Gea mendelik sekali lagi, gadis itu menutup resleting kemudian segera mengambil langkah keluar. Karena semakin lama ia bergerak maka semakin berisik suara bising yang diciptakan oleh tamunya itu.

"Haikal jelek!"

Pemuda Takana itu menatap Gea dengan wajah sengaknya. "Jelekan lo." Tenang namun terdengar sangat menyebalkan.

"Ngaca sana!"

Haikal tersenyum miring, mengangkat ponselnya tinggi lalu bercermin. "Udah, ganteng."

Gea langsung berakting seolah ia ingin muntah, berbalik untuk menarik kartu unit apartemennya.

"Apa?" tanya Gea kebingungan karena Haikal tiba-tiba membungkuk sopan.

"Ranselnya, kanjeng ratu." Pemuda itu menjulurkan tangan kanannya, masih tak bergerak dari posisi menunduknya.

Gea menahan tawanya. "Part time jadi kurir angkut, kah?" tanyanya jahil.

Haikal langsung berdiri tegak, dan merangkul Gea dengan tangan kanannya. "Kan, lo yang ngajak ribut gue duluan!"

Bukan satu tahun mereka kenal, untuk itu Gea sudah paham betul jika Haikal tiba-tiba bertingkah baik maka ada suatu hal yang ingin ia tuju. Terlebih tadi siang, keduanya sempat bertemu dan saling mengejek.

Baik Gea dan Haikal bukan tipe pemarah apalagi pendendam, Haikal yang jahil dan Gea orang yang mudah kesal. Berbeda dari Celine yang akan melawan secara brutal, Gea biasanya hanya mengatakan beberapa kalimat menyebalkan untum melepas rasa kesalnya seperti tadi.

"Lo tiba-tiba jemput gue gini pasti mau nyogok, kan?" tuduh Gea.

Lelaki itu menggaruk tengkuknya canggung. "Hehehe."

Tangan Gea menyentuh tombol lift. "Gak mempan sih, gue bukan Cece."

"Ge, atuhlah! Masih pengenalan ini, nanti kalau yang lain tahu keburu heboh duluan," kata Haikal memohon, menggoyang lengan Gea beberapa kali khas seperti anak yang sedang merajuk.

Tubuhnya diguncang, Gea jadi menghela napas pelan. "Jajanin cilok."

Mendengar jawaban sang sahabat, Haikal refleks melompat kesenangan sambil meninju tangannya ke udara. "YES!"

BLOOMINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang