Gea mengetuk pintu kamar Radit sebanyak tiga kali, menunggu di depan sambil bersandar pada tembok. Kini gadis itu sudah berganti pakaian mengenakan piama tidur berwarna pink dan rambut yang dijedai agar tidak berantakan.
"Apaan?" Radit membuka pintu malas.
"Kak Reksa belum selesai mandi?"
Radit mendengus mendengarnya, padahal mereka berdua baru berpisah selama beberapa menit saja. "Malesin banget deh," jawab Radit lelah.
"Gue kan cuma nanya."
"Lo kaya cewek mesum kalau pertanyaannya begitu, mana sampe nyamperin ke kamar segala."
Gea memutar kedua bola matanya, tangan cewek itu bergerak mencubit perut Radit dan mendesis kesal. "Enak aja! Lo pinjemin dia baju bagus, awas aja kalau Kak Reksa pake setelan tidur lo yang udah melar," titah Gea sambil bersedekap dada. Radit tidak tahu kakaknya itu sedang meminta tolong atau memberi perintah disertai ancaman.
"Apaan orang baju gue bagus semua," elak Radit tidak mau kalah.
Gea mengerucutkan bibirnya. "Orang gue lihat pas di Bali kemarin setelan tidur lo banyak yang melar, kaya lap keset."
"Lo mau minta tolong atau nyari ribut sih, Kak?"
Gea tertawa ringan, mendorong tubuh besar Radit yang menghalangi pintu kemudian berjalan ke dalam, melewati Radit yang memandanginya takjub. Dia ular, benar kata teman-temannya dari Bandung bahwa kakaknya sangat handal bermain peran. Bagaimana bisa dia bersikap manis di depan Reksa dan setelahnya memperlakukan orang lain semaunya.
Langkah kaki Gea berhenti di depan walk in closet milik Radit. "Gue pilih baju lo buat dia, ya?"
"Ya, terserah, bayar tapi."
Gea menoleh ke belakang. "Berapa?"
"200 ribu, gue mau beli diamond tapi karena tagihan gue pasti dicek papa dan sekarang kan gue persiapan olim, gue pengen login buat selingan." Radit menjelaskan sambil mengusap rambut belakangnya kikuk.
"Nggak ngerti." Gea mengeluarkan ponselnya dari saku piama, dan memberikannya secara bebas pada Radit. "Lo atur aja sendiri, lebih dari 200 ribu juga boleh."
Kedua mata Radit berbinar. "Beneran?" tanya Radit memastikan sekali lagi sambil menahan diri untuk tidak melompat.
Gea yang pandangannya kembali fokus meneliti setiap bagian lemari Radit tidak menoleh walau diam-diam tersenyum kecil melihat nada super excited yang jarang Radit perlihatkan. "Iyaa, budgetnya 800 ribu ya, jangan lebih dari itu soalnya gue juga mau nabung buat dana darurat."
"YES!" Radit menari gembira, mendekati Gea dan meminta sang kakak untuk mengetik kode pin di layar ponsel ketika sampai di transaksi akhir dalam pembelian.
Gea mendengus sambil menggeleng heran, tetapi tangannya tetap menerima dan mengetikan sesuatu di sana. "Cuma 300 ribu?" tanya Gea memastikan.
"Yoi, itu udah lebih dari cukup kok, lagian cuma buat selingan sebentar."
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOMING
Teen FictionBloom (noun): A Beautiful Process of Becoming. Sederhana saja, Areksa Gatra Sadajiwa jatuh cinta pada target incaran sahabatnya sendiri. Namira Gea Raespati, si primadona tersembunyi kampus yang ternyata punya banyak kejutan. This book are about joy...