Gea termenung dalam beberapa detik. Menangkap ekspresi penuh kebingungan dari sang kakak, Radit tersenyum samar. Tangan kanannya menepuk tempat di sampingnya, menyuruh Gea untuk mendekat dan duduk di atas kasur agar ia bisa bercerita lebih dekat.
"Mau mulai dari mana? Gue juga bingung kalau harus jelasin semuanya," ujar Radit pelan.
"Semuanya." Mata Gea nampak kosong memandangi jajaran lego yang Radit pajang pada meja belajar pemuda itu. "Gue mau tahu dari awal, Dit."
Radit menghela napas beberapa kali sebelum akhirnya berani buka suara untuk menjawab segala pertanyaan Gea. Tentu saja bukan hal mudah, karena semuanya juga luka bagi Radit. Mengingat tidak mudah untuk menerima kepergian sang ibu secara tiba-tiba, Radit sempat berontak seperti Gea, hanya saja keberaniannya tidak sebanyak sang kakak. Radit juga benci mengetahui fakta bahwa dia masih memerlukan Sandi sebagai ayah, terutama untuk menyokong seluruh biaya kehidupannya.
"Gue ini... anak haram, gue lahir karena kecelakaan yang papa buat ke ibu."
"Maksud lo?" Gea mengernyit tak mengerti.
"Bukan papa yang selingkuh sampai gue lahir di bumi, tapi karena gue lahir papa jadi selingkuh sama ibu dan khianatin tante Ayana." Radit menunduk dalam, tidak bisa jika harus menatap kedua mata Gea.
"Dit?"
"Ibu bilang, waktu tante Ayana sakit kondisi perusahaan papa nyaris bangkrut. Papa yang nggak siap dengan situasi itu jadi stress dan hilang kendali atas dirinya sendiri." Radit meremas seprai kasurnya sendiri, menahan air matanya agar tidak terjatuh.
"Jangan bilang..."
Radit mengangguk seolah bisa membaca pikiran Gea. "They're making love. Lebih tepatnya ibu diperkosa, waktu papa pulang ngantor ketemu ibu di depan rumah ini, papa yang udah wasted nggak sadar kalau itu ibu, dia nyangka kalau yang nyambut dia malam itu tante Ayana, padahal mereka ketemu waktu ibu juga mau pulang setelah jenguk tante Ayana."
Jantung Gea seakan berhenti mendengar penuturan dari Radit, gadis itu marah, kecewa, dan merasa bersalah dalam satu waktu. Gea sangat marah dan tak percaya papanya bisa melakukan hal seperti itu, tapi di sisi lain gadis itu juga merasa sangat malu dan kasihan kepada Arini karena tanpa sadar Gea selalu membenci nama itu sejak dirinya mengetahui bahwa ada foto keluarga lain yang dipajang oleh Sandi di ruangan kerjanya.
"Bunda gue tahu?" tanya Gea pelan, berharap bahwa Radit tidak menjawab sesuai dengan prasangka buruknya.
"Tante Ayana mungkin sakit, tapi dia nggak bodoh kak." Radit menatap Gea turut sedih. "Dia tahu semuanya sampai harus ninggalin notes, kalau nanti dia meninggal ibu harus nikah sama papa karena tante pengen papa nggak sendirian kalau nanti dia benar-benar udah nggak ada di bumi."
Tangis Gea semakin pecah, gadis itu berusaha mengatur napasnya yang sesak. Berkali-kali Gea menggeleng, tidak mau percaya akan kebenaran yang ada di depannya. Gea memandangi Radit penuh frustasi, berusaha menahan diri tapi tetap gagal karena Radit ikut menangis bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOMING
Teen FictionBloom (noun): A Beautiful Process of Becoming. Sederhana saja, Areksa Gatra Sadajiwa jatuh cinta pada target incaran sahabatnya sendiri. Namira Gea Raespati, si primadona tersembunyi kampus yang ternyata punya banyak kejutan. This book are about joy...