14 - AJAKAN DAN PENOLAKAN

4.4K 744 47
                                    


Hana menatap layar ponselnya dengan tatapan pasrah, sudah seminggu sejak Juna meminta nomornya dan sudah seminggu pula Hana terus menunggu Juna mengirim chat kepadanya. Namun, penantian itu tak kunjung ada hasilnya. Juna sama sekali tidak mengirimkan chat kepada Hana, membuat Hana tersiksa sendiri dengan harapannya.

Padahal Hana sudah berusaha untuk tidak berharap, tetapi terasa sulit untuk dilakukan. Tetap saja, ada sedikit harapan itu di hati Hana.

"Kayaknya nomor gue beneran cuma dibuat pajangan sama Kak Juna," lirih Hana dengan berat hati.

Hana turun dari kasur bergegas mandi untuk berangkat ke kampus. Jadwal kelas Hana hari ini cukup padat. Hana harus segera sampai kampusnya untuk ke perpustakaan dulu sebelum masuk kelas.

*****

Hana memakai sepatunya dengan buru-buru, setelah itu Hana berlarian kecil menuju warung Ibunya untuk pamitan sekaligus membawakan bekal untuk Jian.

"Bu bekal Jian mana? Hana sedikit telat," seru Hana tak sabar.

Rita bergegas mengambil dua kotak bekal dan menyerahkannya ke Hana.

"Ini Han," ucap Rita.

Hana tertegun sesaat melihat dua kotak di tangannya.

"Satunya buat siapa Bu? Kan, Hana sudah makan."

Rita tersenyum penuh arti.

"Nitip kasih buat Juna ya. Kemarin dia lahap banget makan pecel ayam Ibu, kayaknya dia suka banget sama pecel buatan Ibu."

Kedua mata Hana membuka sangat lebar, terkejut bukan main dengan pernyataan Ibunya.

"Bu, Hana nggak mau!" tolak Hana dan mengembalikan satu kotak bekal ke sang Ibu.

"Kenapa nggak mau, kan kamu kenal sama Juna," heran Rita.

"Ke... Kenal sih Bu, tapi kan nggak dekat. Hana malu kalau tiba-tiba kasih bekal ke Kak Juna," jelas Hana.

Rita menggeleng, tak menerima alasan putrinya. Rita mengembalikan kotak bekal ke tangan Hana lagi.

"Bilang dari Ibu! Kenapa harus malu? Emangnya Ibu suruh kamu buat nyatain cinta ke Juna?"

"Ibuk!!!" rengek Hana sangat malu.

"Kamu nggak kasihan sama Ibu sudah susah-susah nyiapin bekal buat Juna?"

Kan! Kan! Jurus minta dikasihani dikeluarkan lagi oleh Ibunya membuat Hana tidak tega untuk membantah. Hana pun terpaksa mengangguk pasrah.

"Padahal setiap kali buatin bekal Jian juga nggak pernah ngerasa susah!" gerutu Hana.

Rita hanya tersenyum kecil, senang melihat Hana akhirnya mau membawakan bekal titipannya.

"Berangkat sana, katanya hampir telat."

Hana segera menyalami Ibunya dan bergegas pergi ke kampus dengan pikiran dipenuhi bagaimana cara memberikan bekal titipan ibunya ke Juna!

"Gimana gue ngasiinnya? Malu banget!"

*****

Juna menutup laptopnya setelah mengerjakan tugas Hidrolika bersama teman-teman satu kelompoknya. Juna berusaha untuk membagi waktu kuliahnya dengan baik agar tidak terganggu dengan organisasinya.

HI AWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang