Hana duduk di pojok perpustakaan dengan tatapan hampa. Sudah lima hari, Hana tidak bertemu lagi dengan Juna dan sudah lima hari pula Hana terus memikirkan kejadian penolakan bodohnya!
"Kenapa waktu lama banget jalannya!" gerutu Hana mulai bosan.
Hana melihat Jian berjalan ke arahnya sambil melambai-lambaikan tangan. Hana hanya membalas dengan senyuman paksanya.
"Masih sore udah cemberut saja lo!" tukas Jian sembari duduk di hadapan Hana.
"Gue sedang merasakan kenyang tugas! Kapan semua tugas ini berakhir Ji!"
"Nanti kalau lo udah lulus!"
"Masih lama ya berarti?"
"Masih lama banget Hanara!"
"Gue pengin cepet lulus terus pindah ke planet Venus!"
Jian geleng-geleng melihat tingkah Hana yang semakin haru semakin absurd. Jian kemudian mengeluarkan selebaran yang baru dia dapatkan di himpunan. Jian menyodorkannya k Hana.
"Minggu depan kita diklat anggota himpunan selama tiga hari dua malam di puncak! Jadi, siapin diri lo mulai sekarang. Jangan sampai sakit!"
Hana membaca info selebaran yang diberikan Jian.
"Minggu depan?"
"Iya. Hari jumat, sabtu dan Minggu."
Hana bergumam pelan.
"Gue harus izin Bu Rita dulu berarti."
"Pasti diizinin. Ibu lo juga seneng kan lo akhirnya mau ikut organisasi."
Hana mengangguk.
"Seneng banget. Katanya akhirnya gue keluar kandang. Berasa gue hewan aja."
"Lo memang jelmaan hewan bodoh!"
"Diem Ji, gue lagi nggak ada semangat untuk bercanda."
Jian mendecak pelan.
"Kenapa lagi sih Han? Lo masih mikirin kejadian lo nolak Kak Juna?"
Hana lagi-lagi mengangguk, kali ini lebih cepat.
"Gue rasa Kak Juna marah sama gue deh Ji."
"Kata siapa?"
"Kata gue barusan."
"Kok lo bisa berpikir Kak Juna marah sama lo?"
"Karena udah lima hari ini gue nggak ketemu Kak Juna. Padahal biasanya gue sering nggak sengaja papasan sama Kak Juna. Apa dia hindarin gue Ji?"
Jian tak segan menyentil dahi Hana dengan gemas.
"Lo terlalu berpikir berlebihan. Kak Juna dan kakak tingkat yang jadi panitia himpunan lagi sibuk-sibuknya ngurus diklat! Tiap hari mereka datang pagi dan pulang malam."
"Kok lo tau Ji?"
"Tentu saja gue tahu. Apa yang nggak gue tahu di dunia ini?"
Hana mencibir pelan, tak bisa membantah karena memang benar adanya seorang Jian sangatlah pandai mencari informasi dan selalu tahu info-info terbaru di kampus.
Hana melirik jam tangannya menunjukkan pukul empat sore, Hana harus membantu ibunya menjaga warung. Karena biasanya hari Jumat warung rame di malam harinya.
"Ji gue balik dulu ya, hari jumat," ucap Hana buru-buru.
"Hati-hati, salam ke ibu Rita," balas Jian seolah mengerti kebiasaan Hana di hari Jumat.
KAMU SEDANG MEMBACA
HI AWAN
Teen Fiction(MARIPOSA UNIVERSE) Bagiku, menyukainya dari jauh sudah cukup. Aku berani menyukainya tapi takut untuk mendekatinya. Bahkan, untuk menyebut namanya saja aku terlalu gugup. Karena itu, aku selalu menyebutnya Kak Awan.