Juna dan Hana akhirnya sampai di restoran ramen yang ada di daerah Blok M. Mereka segera turun, kali ini Juna tidak membukakan pintu untuk Hana karena Hana sudah membuka duluan pintunya.
"Wah rame banget," seru Hana takjub melihat banyaknya orang-orang yang ada di sekitarnya.
Kawasan Blok M memang selalu ramai, apalagi jika hari sabti begini lebih tepatnya malam minggu, banyak pasangan yang datang untuk makan atau sekadar kencan. Tidak hanya pasangan saja, anak-anak muda pun banyak yang nongkrong di daerah ini karena terdapat deretan cafe juga.
"Masuk Han," ajak Juna.
Hana mengangguk, segera berjalan di samping Juna. Mereka masuk ke dalam restoran yang cukup ramai. Hana beberapa kali dibuat terperanga karena ini pertama kalinya Hana makan malam di daerah Blok M.
Sejak kecil hingga sekarang Hana jarang sekali main karena dia sekolah, sibuk belajar dan membantu ibunya jualan. Paling main pun dengan Jian, itu juga Hana tidak mau yang terlalu jauh dari rumahnya. Karena harus sering berhemat, Hana jarang menghabiskan waktunya untuk main kecuali jika Hana benar-benar sudah suntuk, Hana akan bermain sendiri atau mengajak Jian untuk memutari mall sekadar cuci mata atau membeli minuman manis yang harganya terjangkau.
Hana hanya diam dan mengikuti Juna yang diantarkan oleh seorang pramusaji ke meja yang tempat mereka makan. Hana segera ikut duduk saat melihat Juna juga duduk.
"Silahkan Kak, ini menunya. Kalau mau pesan, bisa tekan bel atau panggil saya langsung," ucap pramusaji itu sopan sembari memberikan buku menu, lalu pergi melayani pembeli lainnya.
Juna membuka buku menu itu kemudian menyodorkannya ke Hana.
"Mau makan apa?" tanya Juna.
Hana mengerjap, bingung sekaligus kaget karena Juna yang tiba-tiba memberinya menu. Pasalnya Hana sama sekali tidak paham menu di restoran jepang.
"Gue ngikut Kak Juna aja," jawab Hana tanpa melihat menuk yang diberikan Juna.
Juna tertegun sesaat kemudian tersenyum kecil. Juna menarik kembali buku menunya dan mencoba memilihkan makanan yang enak untuknya dan Hana.
"Suka pedes nggak?" tanya Juna lagi.
"Lumayan, Kak."
"Ramennya mau yang berkuah apa kering?"
"Berkuah aja."
"Mau dimsum juga?"
"Ada dimsum juga Kak?" Hana tak menyangka restoran ramen ini menjual dimsum juga.
"Ada. Mau nggak?"
Hana tak langsung menjawab, ia mencoba mempertimbangkan. Hana mencoba mengingat-ingat berapa uang yang dibawanya malam ini. Hana tidak mau malu karena uangnya kurang saat membayar.
Juna mendongak, menatap Hana yang tak kunjung menjawabnya.
"Han?"
Hana tersentak kaget, pandangannya langsung ke arah e menu yang ada di tangan Juna. Hana menemukan harga di salah satu dimsumnya.
"Wah, empat puluh ribu," lirih Hana sangat pelan, mungkin hanya dirinya yang bisa mendengar.
"Nggak suka dimsum?" tanya Juna dengan sabar.
Tentu saja Hana suka dimsum, tapi bukan dimsum yang mahal seperti ini. Hana biasanya membeli dimsum yang harga satuannya hanya empat ribu atau lima ribuan.
"Pesan satu aja Kak dimsumnya, yang gyoza." Hana akhirnya memutuskan untuk membeli, Hana tidak enak jika tidak membeli. Hana ingin memberikan kesan yang baik kepada Juna malam ini. Meskipun harus mengorbankan uang jajannya selama dua hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
HI AWAN
Teen Fiction(MARIPOSA UNIVERSE) Bagiku, menyukainya dari jauh sudah cukup. Aku berani menyukainya tapi takut untuk mendekatinya. Bahkan, untuk menyebut namanya saja aku terlalu gugup. Karena itu, aku selalu menyebutnya Kak Awan.