Hana masuk ke dalam kantor jurusan untuk membantu membawakan laptop milik profesor Toni. Jadwal kuliah Hana hari ini tidak sepadat kemarin tapi tetap saja banyak tugas yang menunggu dikerjakannya.
"Hana, teman yang biasanya duduk di sebalah siapa namanya?" tanya Profesor Toni saat melihat Hana menaruh laptop di mejanya.
"Jian, Prof," jawab Hana sopan.
"Oh iya Jian. Dia kemana? Tidak masuk hari ini?"
Hana mengangguk.
"Iya Prof. Saya juga belum tau kenapa Jian nggak masuk hari ini."
"Nanti kamu bantu kasih materi hari ini ke teman kamu dan kasih tahu tugas minggu depan juga."
"Iya Prof, kalau begitu saya pamit pulang."
"Iya, terima kasih Han.
"Sama-sama Prof."
Setelah itu Hana bergegas keluar kantor jurusan. Hana melihat ponselnya, memeriksa chat yang dikirimkannya ke Jian, masih tidak ada balasan. Bahkan sedari pagi Hana berkali-kali menelfon Jian namun gadis itu sama sekali tidak mengangkatnya.
Jujur, Hana jadi khawatir dengan Jian.
"Jian kemana, ya?"
*****
Hana memilih untuk langsung pulang saja ke rumah, mengerjakan tugasnya di rumah saja. Hari ini Hana sedang tidak ingin bertemu dengan Juna. Sejak semalam Hana masih kepikiran dengan ucapan-ucapan teman-temannya mengenai hubungannya dengan Juna yang membuat Hana semakin insecure dan bingung harus berbuat apa.
Hana menghentikan langkahnya saat melewati lapangan basket kampus, Hana melihat Juna yang tengah bermain basket dengan teman-temannya.
Hana tersenyum tipis.
"Orang sekeren itu beneran suka sama gue? Rasanya kayak nggak mungkin."
Hana menghela napas panjang, kemudian melanjutkan langkahnya lagi tanpa berniat untuk menyapa Juna. Pagi tadi saja saat Juna mengirimkan pesan kepadanya, Hana hanya membalas sekadarnya saja.
Saat ini Hana masih dilanda kebimbangan yang cukup besar.
*****
Hana akhirnya mendapatkan balasan dari Jian pukul sembilan malam, gadis itu memberitahu bahwa dirinya masuk ke rumah sakit sejak pagi tadi karena asam lambungnya yang kambuh. Hana langsung bangkit dari kasur, mengganti baju dan keluar kamar.
"Bu, Hana jenguk Jian dulu di rumah sakit. Mungkin Hana bakalan nginep nemenin Jian." Hana meminta izin kepada Rita. Mama Hana pun tak kalah terkejutnya.
Setelah mendapat izin, Hana segera berangkat menuju rumah sakiy tempat Jian dirawat. Sepanjang jalan, Hana tak bisa berhenti khawatir dan tak sabar ingin melihat Jian langsung.
****
Hana akhirnya sampai di rumah sakit, ia menuju ke kamar rawat Jian. Sesampainya di depan kamar rawat, Hana segera masuk.
"Jian," seru Hana.
Hana melihat Jian terbaring sendirian di kamar rawatnya. Hana bergegas mendekati Jian.
"Lo nggak apa-apa, Ji? Kok bisa sampai opname?" tanya Hana dengan mata berkaca-kacak, masih takut.
Jian tersenyum kecil.
"Han, gue nggak apa-apa. Gue hanya kelelahan dan asam lambung gue naik. Paling dua harian gue pasti sudah boleh pulang," jawab Jian berusaha tidak membuat Hana khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
HI AWAN
Teen Fiction(MARIPOSA UNIVERSE) Bagiku, menyukainya dari jauh sudah cukup. Aku berani menyukainya tapi takut untuk mendekatinya. Bahkan, untuk menyebut namanya saja aku terlalu gugup. Karena itu, aku selalu menyebutnya Kak Awan.