57 - SENYUM PERPISAHAAN

7K 435 50
                                    

Hana bergegas keluar dari kamar dan menyeret dua kopernya. Hana berjalan ke meja makan di dekat dapur, meminum jahe hangat dan sop ayam yang sudah dibuatkan oleh Ibunya.

"Han, jam berapa penerbangan kamu?" tanya Rita sembari mengambilkan nasi untuk Hana.

"Masih jam sepuluh pagi sih Bu, tapi Hana ingin berangkat lebih awal biar nggak terburu-buru di sana. Kata Jian kalau di terminal tiga kita jalannya jauh. Jadi mending ke bandaranya nggak mepet."

Rita menghentikan aktivitasnya sebentar, kemudian menoleh ke jam yang ada di dinding rumah yang masih menunjukkan pukul lima subuh. Kemudian menatap Hana dengan helaan napas panjang.

"Hana, Ibu kira kamu sudah telat! Ibu kira penerbangan kamu jam enam pagi atau tujuh pagi!"

Hana menyeringai lebar, ia terlalu bersemangat dan gugup untuk melewati hari ini.

"Maaf Ibu. Hana cuma nggak ingin terburu-buru dan nggak ingin telat."

"Nggak bakalan telat. Kalau gitu kamu habiskan makanan kamu, Ibu buatkan bekal makan siang untuk kamu dan Jian di bandara nanti. Jian jadi antar kamu, kan?"

"Jadi Bu. Nanti Ibu juga ikut anterin ya."

"Iya pasti Hana, ibu ikut antar kamu."

"Makasih Ibu Rita."

Rita tersenyum tipis, kemudian menunjuk ke arah pintu rumah.

"Setelah selesai makan kamu buka pintu rumah ya. Matikan lampu warung."

Hana memberikan sikap sigap dan hormat.

"Siap Ibu Rita!"

Rita hanya geleng-geleng dan kembali masuk ke dapur untuk membuatkan bekal siang. Sementara Hana segera menghabiskan sarapannya.

****

"Kak Juna."

Hana terkejut bukan main saat membuka pintu rumahnya. Hana melihat sosok Juna duduk di kursi teras rumahnya sembari membungkukan badannya.

Juna membuka kedua matanya dan segera berdiri. Juna menatap Hana sembari tersenyum.

"Kak Juna ngapain di sini?"

"Nemuin lo," jawab Juna dengan enteng.

Hana memperhatikan Juna sekali lagi, Hana menyadari baju yang dikenakan Juna sekarang sama dengan baju saat Hana menemui Juna semalam.

"Kak Juna sejak kapan di depan rumah?"

"Sejak jam setengah tiga malam."

Kedua mata Hana langsung melebar, semakin terkejut.

"Gue nggak enak kalau ngetuk rumah lo malam-malam. Akhirnya gue pilih tunggu sampai lo keluar."

"Ya ampun Kak." Hana hampir tak bisa berkata-kata. Apalagi Hana bisa melihat jelas bibir Juna yang sedikit pucat, pasti cowok itu kedinginan.

Hana melangkah lebih dekat, ingin memastikan Juna sepenuhnya baik-baik saja.

"Kak Juna ngapain pengin ketemu? Kita kan udah sepakat Kak," lirih Hana dengan tatapan sendu, sangat tidak tega.

Juna tidak langsung menjawab, ia tersenyum kecil. Juna kemudian mendekati Hana dan memeluk Hana sangat erat.

Sementara Hana dibuat semakin bingung, tubuh Hana mematung di tempat. Namun, Hana membiarkan saja Juna terus memeluknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HI AWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang