Tak terasa hubungan Hana dan Juna sudah berjalan mendekati satu bulan, baik Hana dan Juna memilih tidak menyembunyikan hubungan mereka, membuat orang-orang di kampus mengetahui bahwa mereka berdua berpacaran.
Awalnya Hana merasa takut, namun Juna terus meyakinkan Hana dan menemani Hana agar Hana tidak merasa insecure jika mendengar perkataan tidak enak. Dan, keberadaan Juna sangat membantu menguatkan rasa percaya dirinya. Hana sangat bersyukur akan hal itu.
"Nanti sore ikut rapat himpunan, kan?" tanya Juna. Mereka berdua berjalan menuju kelas Hana. Seperti biasanya, Juna sengaja berangkat lebih awal meskipun tidak ada kelas agar bisa mengantarkan Hana.
"Ikut Kak," jawab Hana.
Mereka akhirnya sampai di depan kelas Hana. Juna menyerahkan tas Hana yang selalu ia bawakan. Sebenarnya Hana sudah berkali-kali menolak, tapi Juna sama sekali tidak peduli dan selalu menarik tas Hana untuk ia bawakan.
Kadang Hana merasa kualahan dengan act service yang diberikan oleh Juna. Tentu saja Hana sangat senang, tapi sikap Juna tidak baik untuk jantungnya yang selalu berdebar cepat.
"Masuk dulu ya Kak," pamit Hana.
"Iya. Semangat kuliahnya."
Setelah itu Hana dan Juna berpisah, Hana masuk ke dalam kelas dan Juna memilih untuk ke ruang himpunan untuk mengerjakan beberapa tugasnya.
Sebenarnya tidak hanya Hana saja yang mengalami banyak perubahan dihidupnya, Juna juga mengalaminya. Juna menjadi lebih produktif dengan kuliahnya karena bisa setiap hari berangkat lebih pagi kampus. Biasanya Juna akan menghabiskan paginya dengan tidur, kini dia memamanfaatkan paginya untuk mengantar sang pacar sembari menyelesaikan tugasnya.
****
Hana duduk di kursinya, ia menoleh ke samping hanya ada tas Jian namun orangnya tidak ada. Bukan pemandangan yang mengherankan. Jian akhir-akhir ini sangat sibuk dengan urusan himpunan, tapi yang buat Hana salut gadis itu masih bisa membagi waktu kuliahnya bahkan tugas-tugasnya pun selesai semua tanpa pernah telat. Sungguh menakjubkan!
Hana mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas, melihat teman-temannya yang mulai berdatangan, ada juga yang sedang sibuk mengerjakan tugas. Hana jadi teringat saat pertama kali teman-teman kelasnya mengetahui dirinya pacaran dengan Juna, mereka sangat heboh dan sering membicarakannya diam-diam.
Namun kali ini, mereka semua sudah terbiasa apalagi melihat pemandangan pagi Hana diantarkan Juna.
"Han lo sudah selesaiin tugas kalkulus lo?" tanya Jaro salah satu teman kelas Hana.
Hana mengangguk.
"Sudah," jawab Hana. Tentu saja kalau urusan tugas kalkulus Hana tidak pernah ada kesulitan, karena Juna selalu mengajarinya dan membantunya.
"Boleh lihat nggak? Gue masih nggak paham soal nomor lima dan tujuh."
Hana mengangguk dan segera meminjamkan tugasnya dengan senang hati. Hana tidak pernah pelit untuk mengajari teman-temannya. Bagi Hana saling berbagi itu penting apalagi soal ilmu, tidak akan pernah ada ruginya bagi Hana.
"Kalau masih ada yang lo bingungin tanya aja ke gue, nanti gue bantu sebisa gue," ucap Hana menyerahkan buku tugasnya.
Jaro tersenyum sembari mengangguk semangat.
"Thanks Han."
Tak lama kemudian, Profesor mereka datang bersamaan dengan munculnya Jian dengan napas tersenggal-senggal. Hana geleng-geleng melihat Jian yang seperti habis mandi keringat.
KAMU SEDANG MEMBACA
HI AWAN
Teen Fiction(MARIPOSA UNIVERSE) Bagiku, menyukainya dari jauh sudah cukup. Aku berani menyukainya tapi takut untuk mendekatinya. Bahkan, untuk menyebut namanya saja aku terlalu gugup. Karena itu, aku selalu menyebutnya Kak Awan.