46 - KABAR MENGEJUTKAN

3.6K 465 21
                                    


Sebelum baca Hi Awan, aku ada kabar bahagia hari ini buat teman-teman pembaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum baca Hi Awan, aku ada kabar bahagia hari ini buat teman-teman pembaca. 

Alhamdulillah Novel Hi Awan bakalan terbit tanggal 28 September 2023 🌥️

Tapi, teman-teman pembaca nggak perlu khawatir aku bakalan tetap lanjutin cerita Hi Awan ya sampai ending, tapi dengan satu syarat untuk endingnya bakalan aku update hanya beberapa jam sebelum pre order Hi Awan ya ❤️

Ayo semangat nabung dan harus banget peluk Novel Hi Awan. Karena novelnya nanti bakalan lebih seruu dan pastinya lebih rapii alurnyaa ^^ 

SEMANGAATTT SEMUAA DAN DITUNGGU NOVEL HI AWAN TERBIT ^^

****

Pagi Hana terasa berbeda dari pagi-pagi yang biasanya ia lewati. Hana tak bisa berhenti mengembangkan senyumnya, apalagi jika mengingat kejadian semalam, kedua pipi Hana langsung kembali merona. Semuanya tidak akan pernah Hana lupakan.

"Han nggak ada lagi yang ketinggalan, kan?" tanya Jian memastikan.

"Nggak ada Ji. Gue udah periksa dua kali," jawab Hana.

Sejak satu jam yang lalu mereka berberes dan mengemasi barang-barang. Pagi ini mereka harus kembali ke Jakarta. Mereka sengaja memilih kembali di pagi hari agar tidak terkena macet.

DRTDRTT

Ponsel Hana berdering nyaring, Hana mengeluarkan ponselnya dari saku dan menatap nama sang Ibu terpampang di layar ponselnya. Hana tersenyum kecil, menebak pasti Ibunya ingin mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya.

Hana segera menerima panggilan tersebut dan mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Hana Ibu kamu masuk rumah sakit. Kamu dimana? Kamu sekarang ke rumah sakit, ya."

*****

Bagaikan tersambar petir di pagi hari, Hana tiba-tiba mendapatkan kabar yang mengejutkan dari tetangganya yang menelfonnya melalui ponsel sang Ibu. Dengan pikiran yang langsung kosong Hana menangis dengan panik dan meminta Juna untuk segera mengantarkannya pulang.

Sepanjang perjalanan menuju Jakarta Hana hanya bisa menangis, jemarinya tak berhenti ia remas-remas karena sangat cemas dengan keadaan sang Ibu.

Juna beberapa kali menoleh, memastikan kondisi Hana yang tidak baik-baik saja. Padahal semalam gadis itu terlihat begitu bahagia. Juna merasa kasihan dengan Hana harus mendapatkan kabar buruk seperti ini di hari ulang tahunnya.

Juna mengeratkan genggaman tangannya, mencoba menguatkan Hana.

"Han, Ibu pasti nggak apa-apa."

Bukannya merasa lebih tenang, tangis Hana malah semakin menjadi.

"Kak gue takut. Gue pengin segera bertemu Ibu."

HI AWANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang