"Boleh nggak aku jadi pacar pertama kamu?"
Hening, Hana membeku di tempat, Hana merasa sekitarnya seperti berhenti bergerak untuk beberapa detik, bahkan Hana tanpa sadar menahan napasnya ketika mendengar pertanyaan Juna.
Hana sekali lagi mencoba mencerna dan mengingat baik-baik ucapan Juna beberapa detik yang lalu, Hana takut dia salah dengar. Hana tak bisa lagi menjabarkan kondisi jantungnya sekarang, sangat tak terkendali!
Bukan hanya jantung Hana saja, pikiran Hana juga terasa tak jernih, semuanya terjadi begitu cepat dan sulit untuk Hana percaya. Juna benar-benar menyatakan perasaan kepadanya?
Sementara Juna masih menunggu Hana menjawab, bukan hanya Hana saja yang gugup, Juna sejak tadi sudah menahan dirinya sendiri agar bisa tetap tenang, walau sangat sulit.
Juna menghela napas pelan, mengendalikan detakan jantungnya dan kegugupannya sejenak. Kemudian memberanikan diri untuk membuka suara lagi.
"Hana," panggil Juna pelan.
Hana seketika tersadarkan, pandangannya segera ia fokuskan kembali.
"I... Iya Kak?" Hana sama sekali tak bisa mengendalikan rasa gugupnya, sekujur tubuhnya terasa panas dingin.
"Boleh nggak?" ulang Juna kembali gugup.
Hana meneguk ludahnya dengan susah payah, napasnya terasa berat. Hana meremas erat bunga di tangannya untuk bisa mengurangi rasa gugupnya.
"Ka... Kak Juna serius?" tanya Hana ingin memastikan terakhir kalinya.
Juna mengangguk tanpa ragu. Juna mengembangkan senyumnya, berusaha menyembunyikan kegugupannya di hadapan Hana.
"Aku ingin kamu jadi pacar aku, boleh Han?"
Tentu saja Hana sangat mau. Hati Hana sudah berteriak-teriak menjawab setuju dengan keras, tapi entah kenapa bibir Hana terasa begitu sulit untuk mengeluarkan jawaban itu. Tubuh Hana terlalu gugup hingga membuatnya kehilangan kendali.
Melihat Hana yang tak kunjung menjawab membuat rasa gugup yang sedari tadi Juna sembunyikan perlahan berubah menjadi rasa takut. Juna takut Hana akan menolaknya malam ini.
Juna mencoba mengartikan sorot mata Hana, namun yang bisa Juna tangkap hanya kegelisahan dari tubuh gadis itu. Bahkan tangan Hana sedari tadi tak bisa berhenti meremas bunga pemberiannya.
"Han, kalau lo belum siap jawab, nggak apa-apa. Lo bisa pertimbangkan dulu. Gue akan tunggu sampai lo siap jawab," ucap Juna memilih untuk tidak membuat Hana terbebani.
Hana sontak menggeleng cepat.
"Gue siap jawab Kak," jawab Hana dengan keberaniannya.
Kini giliran Juna yang dibuat terbungkam, Juna merasakan detakan jantungnya berpacu sangat cepat, bahkan lebih cepat saat Juna pertama kali bilang suka ke Hana.
"Lo... Lo udah punya jawaban?" tanya Juna memastikan.
Hana mengangguk pelan.
"Iya, Kak."
Juna mencoba menenangkan tubuhnya sejenak dan menyiapkan dirinya.
"Han kalau lo masih belum yakin, lo bisa jawab besok nggak apa-apa. Gue masih bisa buktiin ke lo kalau gue beneran suka sama lo!" Entah kenapa di detik ini Juna merasa rasa percaya dirinya perlahan menurun. Juna benar-benar takut Hana akan menolaknya.
Hana tertegun sejenak, ia melihat Juna yang mulai terlihat gelisah sepertinya bebera detik yang lalu. Hana menahan senyumnya, melihat Juna gugup seperti sekarang adalah sesuatu yang langkah baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HI AWAN
Fiksi Remaja(MARIPOSA UNIVERSE) Bagiku, menyukainya dari jauh sudah cukup. Aku berani menyukainya tapi takut untuk mendekatinya. Bahkan, untuk menyebut namanya saja aku terlalu gugup. Karena itu, aku selalu menyebutnya Kak Awan.