"Boleh nggak aku genggam tangan Kak Juna biar nggak kedinginan?"
Juna tertegun sesaat, ia memastikan jika dirinya tidak salah dengar. Sedangkan Hana menunggu jawaban Juna dengan perasaan gugup.
Detik berikutnya sebuah senyuman mengembang di wajah tampan Juna. Tanpa menjawab pertanyaan Hana, Juna memberanikan diri langsung meraih tangan Hana dan mengenggamnya.
"Ayo kita masuk," ajak Juna.
Kini giliran Hana yang dibuat terkejut. Hana bisa merasakan jelas hangatnya tangan Juna yang menempel di jemarinya. Kali ini Hana tak bisa menghindari debaran jantungnya yang makin menjadi.
Bahkan sekujur tubuh Hana berubah lebih dingin saking terlalu gugupnya. Sementara Juna terlihat menikmati genggaman pertama mereka. Terlihat jelas Juna begitu bahagia.
****
Hana dan Juna masuk ke dalam pasar malam, mereka dikenakan biaya tiket sebesar sepuluh ribu rupiah saja untuk satu orang. Ketika sudah berada di dalam pasar malamnya, Hana tak menduga akan seramai ini. Orang-orang berdatangan dengan penuh suka cita, mereka terlihat begitu antusias.
Banyak wahana-wahana tradisional juga, seperti bianglala yang tak terlalu tinggi, komedi putar sederhana untuk anak-anak kecil dan yang paling disukai orang-orang adalah tong setan. Di mana ada atraksi orang menaiki motor dan menjalankannya di sebuah tong besar yang terbuat dari kayu.
Selain wahana, banyak juga tenan-tenan yang menjual makanan jalanan. Mulai dari kue-kue, dimsum, makanan korea, sosis, es krim, putu, martabak, es kelapa dan masih banyak lagi.
"Wah rame banget," lirih Hana.
Juna menoleh ke Hana, memperhatikan kedua mata gadis itu berbinar-binar seolah senang berada di tempat ini.
"Mau beli apa?" tanya Juna menawari.
Hana menatap Juna balik, senyum tampan cowok itu masih terlihat jelas di sana, membuat rasa gugup Hana kembali naik.
"Nggak tau," jawab Hana bingung sendiri. "Kak Juna sendiri mau beli apa?"
Juna bergumam pelan, kemudian mengedarkan pandangnya, mencari yang menarik perhatiannya.
"Beli es krim mau?" tanya Juna meminta pendapat Hana.
Hana mengangguk saja, menyetujui.
"Boleh Kak."
Keduanya pun segera menuju ke tenan penjual es krim. Mereka tetap berjalan bersampingan tanpa melepaskan genggaman tangan pertama mereka.
*****
Juna sengaja membeli es krim cone agar saat makan ia tidak perlu repot-repot melepaskan genggaman tangannya dengan Hana. Juna menghabiskan es krimnya sembari terus memperhatikan Hana, gadis itu juga menyantap es krim di tangannya dengan lahap.
"Es krimnya enak, murah lagi," ucap Juna memberikan kesannya.
"Makanan-makanan di pasar malam kayak gini emang murah Kak," balas Hana.
"Oh, ya?"
Hana terdiam sejenak.
"Kak Juna nggak pernah ke pasar malam kayak gini?" tanya Hana.
Juna menggeleng pelan.
"Nggak pernah, ini pertama kalinya gue datang ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
HI AWAN
Teen Fiction(MARIPOSA UNIVERSE) Bagiku, menyukainya dari jauh sudah cukup. Aku berani menyukainya tapi takut untuk mendekatinya. Bahkan, untuk menyebut namanya saja aku terlalu gugup. Karena itu, aku selalu menyebutnya Kak Awan.