Kamar yang biasanya terlihat rapi dan tertata kini berubah menjadi kapal pecah dalam sekejap. Tidak hanya kasur, lantai kamar pun di penuhi tumpukan baju-baju yang dikeluarkan oleh sang pemilik kamar dari lemarinya.
Jika minggu kemarin Hana mengatainya sebagai gadis terbodoh di dunia maka semalam Hana akan dengan bangga berucap lantang bahwa dia adalah gadis paling beruntung sedunia!
Hana benar-benar tak menyangka jika Juna akan mengajaknya untuk makan malam hari ini dan untungnya semalam Hana tidak bertindak bodoh. Otak dan mulutnya bisa diajak bekerjasama hingga akhirnya Hana menerima ajakan Juna.
Sejak semalam Hana tidak bisa tidur nyenyak, bukan karena dia sedang ada masalah melainkan Hana masih merasa semuanya hanya mimpi! Bagaimana bisa orang yang disukainya diam-diam selama ini mengajaknya makan malam bersama? Gila bukan?
"Han, lo mau jual baju-baju lo atau mau minggat dari rumah?" gemas Jian melihat hancurnya kamar Hana sekarang.
Hana menghentikan aktivitasnya sejenak, kemudian menoleh ke Jian dengan senyum lebar yang sejak semalam tak bisa hilang dari wajahnya.
"Ji, gue beneran nggak lagi mimpi, kan? Ini semua nyata, kan? Gue akan makan malem bareng Kak Juna, kan?"
Jian menghela napas berat, entah sudah berapa puluh kali Hana menanyakan itu. Jian segera berdiri, melangkahi beberapa baju untuk sampai di depan Hana. Setelah itu, Jian mencubit dua pipi Hana yang chubby.
"Sakit nggak?" tanya Jian lebih menekan cubitannya.
Hana mengangguk cepat.
"Sakit, Ji," ringis Hana.
Jian mengangguk puas sembari melepaskan cubitannya.
"Berarti lo nggak mimpi dan jangan tanya lagi!"
Sorot mata Hana seketika berubah sendu, bukan karena Hana sedang sedih melainkan ia sedang sangat terharu.
"Ji, gue beneran masih nggak percaya! Gue gugup banget sekarang Ji! Gue deg-degan parah!!"
Jian geleng-geleng kemudian terkekeh melihat tingkah Hana yang menggemaskan. Jujur, baru pertama kalinya Hana bertingkah seheboh ini. Ya karena memang baru pertama kali ini Hana suka dengan orang dan orang tersebut akhirnya memberikan respon positif ke Hana.
Meskipun kadang tidak habis pikir dengan tingkah bodoh Hana, namun kali ini Jian sangat ikut senang akhirnya salah satu harapan Hana terwujud. Sebenarnya Jian juga tidak menyangka Hana akhirnya bisa dekat dengan Juna.
"Han ingat! Jangan bertingkah bodoh lagi! Nanti kalau udah sama Kak Juna hati-hati bersikap dan hati-hati ngomong. Ngerti?" pesan Jian.
Hana mengangguk cepat, sejak pagi pun Hana berusaha mengontrol dirinya dan menyiapkan sikapnya. Meskipun begitu, tetap saja hati Hana yang masih tidak bisa dikendalikan.
"Gue akan berusaha Ji," balas Hana yakin.
Jian mengangguk sembari mengangkat dua jempolnya.
"Sekarang lebih baik lo buruan pilih mau pakai baju apa. Kamar lo sudah kayak kapal pecah!"
Hana langsung tersadarkan, dia tak punya banyak waktu lagi. Satu jam lagi adalah janjian temunya dengan Juna.
"Ji gue bingung mau pakai yang mana! Gue nggak punya baju!!" seru Hana frustasi.
Jian bedecak sinis.
"Terus di depan lo yang lagi berceceran ini apa Hana? Sampah daur ulang?"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
HI AWAN
Teen Fiction(MARIPOSA UNIVERSE) Bagiku, menyukainya dari jauh sudah cukup. Aku berani menyukainya tapi takut untuk mendekatinya. Bahkan, untuk menyebut namanya saja aku terlalu gugup. Karena itu, aku selalu menyebutnya Kak Awan.