Baru sehari berlalu, insiden yang hampir menimpa Giselle-Ara sudah terdengar di seluruh SHS. Anak-anak banyak berteori, berkonspirasi, dan menduga-duga hal yang sebenarnya tidak benar. Sedangkan di antara dewan guru dan perwakilan direktur, ini adalah masalah.
"Ara, Giselle" Fernandoz bahkan menyuruh kedua anak walinya itu untuk bertemu secara pribadi. "Bagaimana kronologi kejadiannya?"
Dan untuk Giselle, data-data anak-anak Selcouth hilang adalah masalah sesungguhnya untuknya.
"Saya gak tahu pak, tiba-tiba aja Ara narik saya dan semuanya terjadi begitu aja"
Fernandoz menatap Ara untuk meminta jawaban. Yang di tatap malah mengangkat bahu.
"Gini ya pak. Waktu itu saya iseng duduk di atas lemari tempat kejadian perkara"
Spontan, Giselle menoleh. Segabut apa Ara ketika waktu istirahat sampai duduk iseng di atas lemari yang berisikan instruksi ruangan guru itu?
"Oh iya, saya nemu kain pocong disana. Terus badan kamu kan mungil, kecil gitu-"
"Ah bapak bisa aja mujinya"
"Dengerin dulu kalau guru bicara!"
"Ih bapak gak usah sedih, bukan cuma bapak yang saya kasih begini, guru-guru lain juga!"
"Inara"
"Siap, saya diam" Ara hormat ala-ala tentara.
"Ada juga guru-guru lain yang katanya di lempari kain pocong, tapi gak lihat orangnya. Itu ulah kamu kan?"
Giselle sudah tahu Ara itu orang seperti apa. Tapi maksud Giselle adalah tidak ada orang gabut yang iseng di atas lemari, terus jahilin guru-guru dengan kain pocong, kecuali otaknya emang kebalik. Kayak Ara.
"Hehe"
Fix, Ara emang udah kebalik otaknya karena malah terkekeh seperti itu.
"Terus saya lihat kok itu posisi kaca langit-langit itu kayak mau jatuh, nah ada si tuan putri tepat dibawah nya-"
"Dan menurut CCTV kamu lompat dan langsung narik Giselle. Kamu saudaranya Spiderman?'
"Gak, saya saudaranya batman" ujar Ara dengan wajah polos membuat Fernandoz tidak tahan untuk menjitak jidat muridnya ini.
"Kamu punya dugaan Giselle?" tanya Fernandoz kepada putri tunggal donatur SHS. Dia lelah bertanya dengan serius kepada Ara yang tidak pernah serius.
"Ganjil sekali jika itu adalah sebuah kebetulan pak, kenapa harus tepat ketika saya disana? Lagipula, furniture itu tidak pernah bermasalah selama ini, berarti-"
"Ada yang sengaja" Fernandoz menyambung kalimat yang akan Giselle katakan.
"Kalo gitu kenapa harus lo?" Menyerang Giselle yang merupakan putri satu-satunya Genta Shaquille jelas adalah tindakan yang salah. Karena apabila rambut tuan putri itu lecet sedikit saja, sang raja pasti akan langsung turun tangan.
"Exactly, gue punya semuanya dan banyak orang yang iri sama gue, gue cantik, kaya-"
"Justru itu" sambung Fernandoz, "Karena kamu punya segalanya, kamu menjadi lemah dan rawan di serang"
"Kamu boleh keluar dan memahami nya, lalu Ara" ujar Fernandoz menatap Ara yang malah berdiri duluan, "Duduk" lanjutnya.
Giselle berdiri di depan pintu sebelum ia beranjak pergi dari depan ruangan wali kelasnya. Samar-samar, dia mendengar pembicaraan antara trouble maker dan sang wali kelas.
"Ara, tolong berhenti. Kamu mau tinggal kelas lagi? Hentikan ambisi kamu.."
Hingga mata Giselle membulat sempurna begitu mendengarnya. Ambisi? Trouble maker yang tidak bisa konsisten, ketiduran ketika jam pelajaran, tidak hafal tabel periodik ataupun perkalian. Ara yang seperti itu.. punya ambisi? Bahkan Fernandoz sampai terdengar memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEMESIS
Teen Fiction(𝙱𝚞𝚍𝚊𝚢𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚏𝚘𝚕𝚕𝚘𝚠 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊) VOTE MASIH BERLAKU ℬℯ𝓇𝒽𝒶𝓈𝒾𝓁 𝒷𝓊𝓀𝒶𝓃𝓁𝒶𝒽 ℊ𝒶𝓇𝒾𝓈 𝒻𝒾𝓃𝒾𝓈𝒽. 𝒦ℯℊ𝒶ℊ𝒶𝓁𝒶𝓃 𝒷𝓊𝓀𝒶𝓃𝓁𝒶𝒽 𝓈ℯ𝓈𝓊𝒶𝓉𝓊 𝓎𝒶𝓃ℊ 𝒻𝒶𝓉𝒶𝓁. 𝒦ℯ𝒷ℯ𝓇𝒶𝓃𝒾𝒶𝓃 𝓊𝓃𝓉𝓊𝓀 𝓂ℯ�...