47. AMBIVALENCE

432 52 21
                                    

.

.

Happy Reading.

.

"Semua oke kan?" tanya Utara membuka percakapan setelah mereka berada di dalam ruangan yang seperti neraka itu.

"Pala mu oke" cibir Naura, "Pusing banget jir! Kayak mau jatoh dah gue"

"Semua juga ngerasain gitu, rasanya kosong banget di dalam tadi. Mana kita bener bener diawasin!" cetus Kafi.

Utara memperhatikan ke sekeliling. Sebagian dari teman-temannya terlihat seperti biasa-dan itu membuatnya cukup tenang, namun yang lain tiba-tiba menjadi pendiam. Ya oke Utara akui mereka memang anak-anak yang dominan introvert namun Utara yakin ada yang mengganjal disini.

"Ruby, Faisal" panggil Utara. "Lo berdua oke? Mau istirahat aja di gedung asrama gimana?"

Faisal hanya diam saja menanggapinya. Tiga jam dengan alat yang ternyata memiliki elemen yang dapat mempengaruhi kinerja tubuh mereka membuatnya merasa mati rasa. Faisal sempat lupa atas kondisi kesehatannya. Bahkan untuk berucap pun sekarang sulit dan perlu waktu. Jika ia banyak gerak, bukan hal mustahil untuk membiarkan dirinya ke dalam ruang ketidaksadaran.

Hanya saja, dia tidak bisa menunjukkan kelemahannya.

"Utara bener," timpal Naufal. "Daya tahan tiap orang beda-beda. It's normal for to feel bad"

Setidaknya jangan di depan Naufal.

Pikiran Ruby tengah berkecamuk sendiri. Seperti mendengar suara-suara dari sudut-sudut dinding yang bergema. Dengan lirih, ia berucap. "Nggak usah-"

"WOY GUYS! COBA LIHAT AKSI YANG LAIN DI DEPAN GEDUNG UTAMA!" Belum sempat Ruby menyelesaikan kalimatnya, Aruna yang telah membuka penyamaran yang super detailnya itu datang membawa berita.

"Aksi?"

"Iya!" ujar Gavin mantap, "Anak-anak dari jurusan lain ada juga!"

Netra milik Aruna terarah pada saudari kembarnya. "Gak usah sok kuat, ayo istirahat! Gue temenin dah!"

"Nggak," tolak Ruby.

"Lo mau drop atau gimana sih?" tanya Aruna yang kini dipenuhi oleh rasa panik.

"Apaan-"

"Ruby," tegur Utara. "Kalau emang lo ngerasa nggak oke, istirahat gih. Ini bukan tentang kita ngeremehin lo atau gimana, tapi kita jauh lebih gampang gagal kalau lo tiba-tiba drop dan gak join lagi"

Mendengar penuturan dari Utara, Ruby terdiam sejenak mencermati kata-kata barusan. Sejujurnya, ada perasaan yang mengganjal di dalam batinnya. Perasaan yang tidak mau membiarkan orang lain berlalu di antara tapak-tapak berduri dan perangkap dimana-mana.

"Lo juga, Sal!" cetus Kafi. "Udah pucet gitu, mending kalian berdua istirahat. Urusan disini biar kita aja"

"Oke, gini" Ruby mengambil alih, "Na, lo nyamar jadi gue disana sementara gue bakalan ke gedung asrama bareng Faisal sesuai apa yang lo pada mau"

"Gue ikut bareng lo dan Faisal" pinta Kafi.

"Nggak. Lo harus bareng mereka, kalau ada yang harus ikut ke asrama bareng kita itu.." Ruby menatap teman-temannya satu persatu, "..Naufal"

Faisal sontak menoleh, "Naufal juga harus bareng mereka. Perlu ada yang objektif dalam analisis-"

"Analisis biar tuan putri aja" ujar Ruby teguh, "Giselle. Lo bisa kan?"

NEMESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang