"Lo hobi masak-masak gitu ya?"
Faisal tersenyum mendengar kalimat tanpa duri Olivia yang sangat jarang ia dengar. Keberadaanya disini memang belum diterima sepenuhnya, namun melihat anak-anak Selcouth Class tidak mengacuhkannya, setidaknya itu lebih baik daripada minggu-minggu awal di Sirius Class dulu.
"Sal, lo mau jadi koki?" tanya Mila penasaran.
Saat itu, tangan Faisal yang awalnya ingin mengambil sepotong kue yang tadi ia buat terhenti sesaat, "Nggak"
"Kenapa?" tanya Olivia, "Banyak kok, cowo yang jadi koki"
Faisal tersenyum tipis, "Gue ngerasa itu bukan profesi yang cocok buat gue"
"Akrab banget, ya" Alvin tiba-tiba mencomot potongan kue di meja dengan santai.
"ANJ-" Mila terhenti ketika Faisal menatapnya tajam persis seperti Rudy yang marah jika melihatnya berkata kasar, "Lo datang darimana sih?"
Raut wajah laki-laki itu berubah serius, tak seperti biasanya, "Gue mau jemput kalian"
"Jemput?"
°°°
Tiga hal yang Olivia benci:
1. Ketemu anak-anak manja SHS
2. Bicara sama mereka
3. Kegiatan apapun itu yang dimana mereka ikut campur sembaranganTapi apa yang malah terjadi sekarang?
"Jadi, kalian mau bekerjasama bareng kita?" Diamond membuka percakapan pertama kali di tengah suasana hening, matanya melirik ke arah Aruna yang sibuk dengan layar handphone nya, "But, gue nggak ngira seorang Ruby mau join juga"
Aruna menyimpan handphone nya ke dalam saku sweater rajut miliknya, "Gue juga mau tahu siapa mereka"
"Diamond, Lo gak diskusi soal ini sama gue" nada Olivia naik satu oktaf.
"Sorry, Olivia" Diamond terlihat bersalah, "Kebanyakan anak kelas kita setuju, jadi gue nggak kepikiran hal lain"
"Oh, jadi pendapat gue nggak dibutuhkan gitu?" tanya Olivia, "Fine, bye"
"Gue coba bicara sama dia ya" bisik Faisal pada Diamond.
Faisal sedari tadi tidak nyaman harus bertatap muka dengan anak-anak Sirius Class--terlebih Naufal dan Kafi. Namun melihat Olivia yang beranjak dia jadi punya alasan jelas untuk kabur dari tempat ini. Baru saja dia akan beranjak-
"Masih sama ya?"
-Kafi tiba-tiba menyela langkahnya.
"Waktu SMP lo juga ngelakuin hal yang sama" Kafi membenarkan arah topinya, "Padahal, lo cuma merasa nggak nyaman sama anak-anak OSIS waktu itu"
Faisal menelan saliva nya kasar, namun entah kenapa wajahnya sangat santai, "Soalnya mereka senior-senior yang galak, jadinya gue agak segan harus berada di satu ruangan bersama mereka"
"Ah begitu" Kafi tersenyum, "Berarti sekarang lo juga segan ya sama kita?"
Jawaban itu membuat senyum di wajah Faisal hirap seutuhnya. Untungnya ruangan ini remang remang sehingga ekspresi kacaunya sekarang tidak akan begitu terlihat. Andai Kafi tahu, dia selalu merasa seperti itu saat bersama mereka. Andai Faisal bisa sedikit egois untuk mengutarakan pendapat nya sendiri.
"Hei, gondrong berkacamata!" seru Mila kesal, "Nggak usah usik Faisal, bilang aja lo iri karena sekarang dia ada bareng kita"
"Buat apa gue iri?" tanya Kafi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEMESIS
Teen Fiction(𝙱𝚞𝚍𝚊𝚢𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚏𝚘𝚕𝚕𝚘𝚠 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊) VOTE MASIH BERLAKU ℬℯ𝓇𝒽𝒶𝓈𝒾𝓁 𝒷𝓊𝓀𝒶𝓃𝓁𝒶𝒽 ℊ𝒶𝓇𝒾𝓈 𝒻𝒾𝓃𝒾𝓈𝒽. 𝒦ℯℊ𝒶ℊ𝒶𝓁𝒶𝓃 𝒷𝓊𝓀𝒶𝓃𝓁𝒶𝒽 𝓈ℯ𝓈𝓊𝒶𝓉𝓊 𝓎𝒶𝓃ℊ 𝒻𝒶𝓉𝒶𝓁. 𝒦ℯ𝒷ℯ𝓇𝒶𝓃𝒾𝒶𝓃 𝓊𝓃𝓉𝓊𝓀 𝓂ℯ�...