24. WHAT'S WRONG WITH RUDY(?)

449 46 3
                                    

"Kepakan sayap kupu-kupu di Amerika.. yang membuat ledakan besar di China. Lo punya otak, ngerti kan?"

~Crystal Athanasia

.

.

HAPPY READING

.

.

"Ini pertama kalinya ada yang pindah dari Sirius Class ke Selcouth Class"

Fernandoz tidak habis pikir dengan muridnya yang satu ini. Semua orang tentunya mengharapkan bangku di Sirius Class agar bisa mendapatkan privilege tertentu dan juga kasta paling tinggi di SHS dan cenderung menghindari Selcouth Class yang notabenenya--kelas buangan+kasta paling bawah sebelum budak SHS. Dia juga tahu bahwa perjuangan muridnya itu tidak main-main agar berhasil masuk Sirius Class.

"Faisal, kamu bisa ke kelas lain, saya akan coba bahas dengan kepsek atas hal ini-"

"Tidak apa-apa pak, ini ganjaran atas kemalasan saya sendiri" sanggah Faisal cepat.

"Kamu mau menjadi budak seperti minggu pertama kamu bersekolah disini?" tanya Fernandoz membuat cowok itu bungkam selama beberapa saat. Dulu, Faisal memang sempat menjadi budak di SHS lantaran nilainya memang sangat rendah dan juga tidak memiliki kekuasaan.

Faisal kemudian mengangkat kepalanya, menatap wali kelasnya sambil tersenyum santai, "Memangnya ada yang berani pak?"

"Belum tentu kamu akan di terima di sana"

"Kalau begitu saya akan membuat mereka menerima keberadaan saya" Jawaban mantap Faisal membuat Fernandoz memijit keningnya pelan.

"Buktikan"

Hingga hanya satu kata itulah yang keluar dari mulut Fernandoz.

°°°

"

Tapi bukankah ini spekulasi yang paling masuk akal? Aruna Laut Biru?"

Aruna berdecak sebal dan memacu motor sportnya dengan kecepatan tinggi begitu ia kembali teringat dengan ucapan Nareswara sialan itu. Aruna berhenti di dekat air mancur di tengah kota. Dia mendekat dan melihat ke dalam genangan air yang ada pantulan wajahnya sendiri.

Kenapa dia marah seperti ini hanya karena sebuah kalimat?

"Karena kita pembohong" suara yang seakan berasal dari dalam dirinya sendiri, "Utara tidak sepenuhnya salah. Karena kita memang benci semua orang Wicaksana tanpa terkecuali"

"Gue. Nggak. Benci. Ruby" tekan Aruna pada dirinya sendiri. Dia benci situasi ini. Dia benci ketika separuh dari dirinya memilih mengiyakan kebencian itu. Aruna memejamkan mata. Dan percakapan nya dengan Utara beberapa waktu lalu terputar.

"Utara, jangan sembarangan nuduh! Harga diri gue terlalu tinggi buat ngelakuin hal yang langsung ketahuan ama pengecut kayak lo"

Utara tersenyum begitu yakin, "Lo mungkin orang pertama yang mirip sama gue"

"Jangan samain gue sama lo!"

"Sampai kapan hah?" tanya Utara seakan menghipnotis ruangan, "Emang sampai kapan lo mau bohongin diri lo sendiri. Pikiran semacam 'andaikan dia gak ada, gue pasti-' itu juga bagian dari lo, Na"

NEMESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang