18. P-SHS(?)

464 50 4
                                    

"Jangan meremehkan marahnya orang sabar. Ketika engkau sudah merobohkan tembok pertama yakni kesabaran, maka engkau harus siap menghadapi badai dari tembok kedua, yakni amarah"

~ Nemesis

.

.

! HAPPY READING!

.

.

"Kita kemana sekarang?" Utara bertanya dengan cuek, masih ada sisa-sisa amarah pada dirinya.

"Ke rumah om Alen" Aruna sudah tidak tahu lagi harus kemana setelah identitas aslinya ketahuan oleh Ara dan Utara.

Di sepanjang perjalanan, Aruna dan Utara hanya tenggelam dalam lamunan masing-masing. Sedangkan Ara terkadang mengeluarkan beberapa candaan ringan meski tidak ada yang merespon hingga mereka kemudian sampai di sebuah rumah kecil yang terlihat asri.

"Om!" panggil Aruna.

Sebuah mangga menjatuhi kepala Aruna. Tidak lama setelah itu, Ara dan Utara. Secara serempak mereka mendongak ke atas.

"Yuhuuu, ada apa keponakan ku sayang?"

Dan terdapat pria yang diyakini sebagai Alen Wicaksana sedang duduk di atas pohon dengan santai sembari memakan mangga. Ara kenal pria ini. Dia pernah melihatnya waktu di cafe saat itu. Tapi kok, vibesnya beda ya?

"Eh, ada nak Uta. Pacarnya Ruby" Alen kemudian turun dengan sangat mudah, "Tumben kesini? Mau pacaran diam-diam ya?"

"Om" tegur Aruna pelan.

"Kamu jangan sok malu-malu-"

"Aruna gak mau bercanda sekarang om"

Seketika senyum di raut wajah Alen punah tergantikan dengan tatapan tajam dan penuh amarah. Vibes ceria tadi juga langsung menghilang mengikuti hilangnya senyum itu.

"Ayo masuk, anak-anak" ujar Alen melewati Aruna begitu saja.

Utara mengikuti Alen sambil menatap nyalang Aruna yang sedang mengepal tangannya. Gadis itu menundukkan kepalanya.

"Lo gak masuk?"

Aruna mendongak. Gadis berambut biru itu tersenyum hangat di depannya. Perlahan tangan Ara terulur untuk merangkul Aruna bersahabat.

"Masuk bareng yok!"

Ternyata kita memang tidak boleh menilai sesuatu dari luarnya saja. Luarnya terlihat sangat asri. Begitu pula ruangan ini. Namun, siapa sangka ternyata ada ruang tersembunyi di bawah sofa?!

"Na! Emang gue boleh tahu hal beginian?!" bisik Ara tidak tahan. Rahasia seperti ini biasanya cuma ada di film-film bukan?

"Boleh, Ra" jawab Aruna santai.

"Lho? Kalo Uta kan wajar, tapi gue kan cuma rakjel di antara kalian?"

"Ya mungkin om Alen mikir hal lain"

Nuansa warna gelap yang sangat berbanding terbalik dengan ruang tamu ataupun halaman depan rumah asri yang tadi mereka lihat. Beberapa lemari besar berisikan dokumen dan buku-buku yang terlihat membosankan untuk Ara. Mereka kemudian duduk di sofa dengan corak hitam gelap. Apakah semua Wicaksana seperti ini?

"Jadi, apa yang akan kalian berdua lakukan?"

"Tentang apa ya om?" tanya Utara dengan sopan.

Ara menyiku perut Uta, dan menatapnya dengan tatapan yang dengan jelas mengatakan, 'Bego lu, ya jelas tentang kembaran Ruby lah!'

NEMESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang