34. GOLDEN DATE

410 51 8
                                    

"Gimana caranya?"

Keheningan akibat ide gila Ara dipecahkan oleh pertanyaan Ruby membuat semua mata tertuju pada mereka berdua. Dua orang dengan citra buruk dimata anak-anak SHS sepertinya tengah saling bertukar pikiran.

"Helena mungkin bisa.. bagaimana dengan P-SHS?"

Ara tersenyum, "Tanggal emas"

Aruna sontak mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk, Naufal, Ruby, dan Mila terkejut, sementara sisanya kebingungan dengan topik pembicaraan apa ini.

"Kok lo tahu?" tanya Mila dengan gamblang, "Itu cuma diketahui oleh tiga keluarga bentala"

"Aruna" panggil Ara, "Utara ninggalin sesuatu 'kan?"

Aruna tersenyum. Senyuman ketika ia berhasil menjalankan peran yang ditugaskan kepadanya dengan sangat baik, "Iya, ada"

"Gue pikir sedari tadi lo diem gara-gara lo emang pendiem, eh ternyata diem diem menghanyutkan" celetuk Nathalia.

"Naufal, Ruby" ujar Ara mengomando keadaan, "Kita bisa serahin ini ke kalian 'kan?"

°°°

Diamond menginjakkan kakinya memasuki sebuah rumah. Rumah yang dulunya merupakan tempat ia pulang, rumah yang dulunya adalah tempat dimana ia tumbuh hingga menjadi seperti sekarang. Rumah yang mengubah cara Diamond melihat dunia setelah mengetahui suatu hal.

"Tumben kamu pulang, baru ingat rumah sekarang?" tanya sosok pria yang memegang cambuk.

Karena itu, Diamond memilih pergi dari rumah.

Mata teduh Diamond menatap perempuan berambut blonde khas yang siap dihukum sekarang, "Berhenti hukum Helena, Pa"

Helena-pemilik rambut blonde itu menoleh ke arah sumber suara. Tidak pernah menyangka kejadian ini akan datang ke dalam hidupnya. Tidak pernah menanti kehadiran pahlawan atau pangeran berkuda putih untuknya, karena sedari awal dia tahu itu hanya bentuk pengasihan. Dan Helena, benci dikasihani.

"Diamond, sekarang kamu berlagak sebagai saudara untuk dia?" tanya sang ayah tertawa, "Pengecut. Kamu bahkan memilih lari selama ini"

"Saya tidak akan lari lagi, pak Hesham" ujar Diamond tanpa ekspresi, "Sepertinya panggilan papa terlalu baik untuk orang seperti anda"

Hesham tersenyum kecut, "Kenapa semua anak saya bodoh seperti wanita yang melahirkan mereka ya?" Hesham berjalan menuju Diamond, "Kalau kamu memang peduli kepada saudari tiri mu itu.. bagaimana jika kau menggantikannya? Dia sudah tidak berguna"

"Ayah, Helena masih-"

"Ssst" Hesham menaruh hati telunjuknya di bibir, "Saya tidak berbicara kepadamu"

Saat Hesham akan melayangkan cambuknya kepada Diamond seperti yang dia selalu lakukan sebelumnya, suara panggilan telpon membuat gerakannya terhenti. Tangan Hesham beralih mengangkat panggilan itu. Wajahnya sempat memucat dan kemudian pergi ke luar begitu saja. Entah panggilan mendesak apa yang dia terima. Namun, Diamond tidak mempedulikannya.

"Bungsu" panggil Diamond kepada Helena membuat gadis pemilik rambut blonde itu menatapnya dengan tatapan rindu.

Diamond tahu, dia tidak pernah bagus dalam memberikan kata-kata. Karena itu, hubungan persaudaraan dengan Crystal dan Helena jauh dari kata baik. Namun, seseorang pernah bilang bahwa penghiburan terbaik bukan dari bagusnya suatu kalimat.

Diamond menarik Helena ke dalam dekapannya. Membiarkan adik bungsunya ini meluapkan semua gundahnya. Karena Diamond juga tahu, bahwa Helena hanya butuh afeksi kasih sayang dari orang lain.

NEMESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang