Dian punya sejarah panjang dengan Selcouth Class.Dulu, semasa masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, Dian mengenal mereka lewat organisasi sekolah pada tahun pertama. Gadis itu memang sangat aktif di sekolahnya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Ketika lulus pun, dia meraih juara umum ke tiga dan mendapatkan beasiswa masuk ke Sirius High School.
"Makanya jangan ngambis mulu lo, sini dong ikut main ama kita" ujar Alvin.
Mereka dulunya akrab, sangat malah. Tetapi semenjak menginjakkan kaki di sekolah ini, mereka jadi semakin asing dan hanya bisa menghabiskan waktu bersama sekali dalam dua minggu. Alasannya dua, Dian yang sibuk ambis, dan teman-temannya yang masuk kelas buangan."Gimana Sirius Class?" tanya Diamond membiarkan Dian duduk di sampingnya, "Adek gue belum balik?" bisiknya pada gadis itu.
"KIW KIW! Ciee yang ketemu ayang nya!" goda Alvin.
"Diam atau gue nyuruh Ishaq buat bogem lo" peringat Diamond.
Mendengar itu, Alvin mengangkat kedua tangannya sebagai isyarat menyerah, "Serius amat, Mas Diamond! Becanda doang napa coba"
"Eh gue denger denger dari Ishaq, lo ada di sana ya waktu itu?" tanya Naura penasaran.
Dian mengangguk, "Iya, awalnya gue mau ketemu sama Ara, eh orangnya gak ada dan ya jadinya gitu"
"Tapi lo gak kenapa-kenapa 'kan?" tanya Mila. Rahasia umum di antara anak-anak Selcouth Class bahwa yang menyerang gedung anak manja itu adalah P-SHS.
"Nggak, gue di lewatin aja" Dian terkekeh, "Mungkin karena gue udah keluar kali ya dari Sirius Class?"
"Terus, kenapa lo dateng kesini?" Olivia to the point, "Gue yakin pasti ada alasan lo yang selama ini jarang berkunjung tiba-tiba datang"
Dian mengepal kuat tangannya, "Ada"
"Sebelum pergi, ada yang mau gue kasih tau"
Gadis itu kemudian mendongakkan kepalanya menatap Olivia yang sedang berdiri sembari memakan permen, "Tapi, lo pada harus percaya"
Dian terdengar serius. Atmosfer ruangan ini seketika berubah seratus delapan puluh derajat. Mereka semua bersiap mendengarkan apa yang akan keluar dari mulut gadis itu.
"I find a something, something bad"
Dian menarik nafasnya dalam-dalam sebelum kembali melanjutkan kalimatnya, "Ini tentang Twelve Bright Constellation dan juga.. kita semua"
°°°
"Lo darimana aja Fi?"
Pertanyaan itu segera menghentikan langkah kaki Kafi. Cowok gondrong itu berbalik menatap Naufal yang menatapnya dengan tatapan curiga, "Akhir-akhir ini, lo sering ke luar"
"Gue cuma pergi main sama teman-teman lama" jawab Kafi berbohong.
"Main atau nyusun rencana lo?" Naufal membuat raut wajah Kafi seketika kalap. Kafi memang bukan seseorang yang dapat menyembunyikan kebohongan apabila di tuding terang-terangan seperti ini, "UN udah deket, kalau kata gue.. berhenti aja. Soalnya ini nggak cuma berimbas ke lo, tapi satu angkatan"
"Fal, lo nggak tahu apa-apa" tukas Kafi mulai emosi.
"Yaudah kasih tau gue" dan entah apa yang merasuki Naufal untuk adu mulut dengan Kafi, "Lo juga bagian dari P-SHS kan?"
Detik itu, mungkin Naufal sudah menyentuh ranah personal milik Kafi yang bahkan tidak pernah disentuh siapapun. Cowok itu melepas tudung hoodinya. Melepas kacamata yang melekat di antara kedua matanya. Dan, kemudian menatap Naufal dengan tatapan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEMESIS
Roman pour Adolescents(𝙱𝚞𝚍𝚊𝚢𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚏𝚘𝚕𝚕𝚘𝚠 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚊𝚌𝚊) VOTE MASIH BERLAKU ℬℯ𝓇𝒽𝒶𝓈𝒾𝓁 𝒷𝓊𝓀𝒶𝓃𝓁𝒶𝒽 ℊ𝒶𝓇𝒾𝓈 𝒻𝒾𝓃𝒾𝓈𝒽. 𝒦ℯℊ𝒶ℊ𝒶𝓁𝒶𝓃 𝒷𝓊𝓀𝒶𝓃𝓁𝒶𝒽 𝓈ℯ𝓈𝓊𝒶𝓉𝓊 𝓎𝒶𝓃ℊ 𝒻𝒶𝓉𝒶𝓁. 𝒦ℯ𝒷ℯ𝓇𝒶𝓃𝒾𝒶𝓃 𝓊𝓃𝓉𝓊𝓀 𝓂ℯ�...