Kecewa

3.5K 86 3
                                    

Darah gw memanas.

Tergesa-gesa, Sally membenarkan bajunya yang juga berantakan.

Gw menatap wajah om tio dari balik sunglasses.

Wajahnya shock dan penuh dengan kebingungan.

Gw langsung membalik badan.

"Van," panggil Om Tio sambil menggenggam tangan gw.

"Aku mau naik bus sama Ben,"

"Ga bisa, ikut saya,"

"Lepasin atau aku teriak,"

Arghh

Om Tio mengeram sambil melepas tangan gw.

Dengan berat gw melangkah kedalam bus disusul Sally yang membuntuti gw dari belakang.

Sepanjang perjalanan ke bandara gw menatap keluar jendela.

Pikiran gw campur aduk.

Marah

Sedih

Kecewa

Tubuh gw hanya untuk dia, tubuh dia bebas nyoblos siapa saja, emang laki-laki berengsek.

"Kamu kenapa Van?" Tanya Ben bingung.

Gw hanya menggeleng.

Untuk penerbangan pulang ini gw memang tidak satu pesawat dengan Om Tio, karena gw lupa booking pesawat untuk gw sendiri, jadinya gw ambil slot rombongan dengan karyawan lainnya.

Sialnya sesampainya di bandara kami sudah sangat mepet untuk boarding ke pesawat, jadinya kami lari pontang panting menyusuri bandara, untung saja masih keburu.

Perlahan-lahan pesawat terbang meninggalkan pulau dewata.

Gw pikir gw akan pulang membawa kenangan manis tapi yang terjadi malah sebaliknya.

Entah kenapa rasanya dada gw sesak.

Gambaran kemesraan yang gw lakukan dengan om tio selama empat hari ini seperti hanya sandiwara semata.

Semua kenikmatan yang gw berikan untuknya seperti tidak ada artinya, padahal gw memberikan satu hal paling penting yang gw punya untuknya. Tapi ternyata gw hanya seperti salah satu pekerja sex yang ia bayar untuk jadi liang buangan pejuhnya.

Bahkan sakitnya masih terasa di lubang gw, bekas ciumannya masih menempel di kulit gw. Untuk pertama kalinya gw merasa seperti dibodohi oleh perasaan. Perasaan yang tidak seharusnya gw taruh ke orang yang tidak bisa menjaganya.

Tak terasa air mata menetes begitu saja ke pipi gw.

Rasa sakit yang tidak bisa dilihat.

Ingin teriak tapi gw hanya bisa menangis tanpa suara.

Kalau memang ini balasan atas apa yang gw lakukan untuk om tio, dia betul-betul berhasil.

Pikiran gw dipenuhi hal yang tidak-tidak, saking lelahnya akhirnya gw tertidur lelap sampai mendarat di jakarta.

Setelah melepas kepulangan teman-teman gw, perut gw keroncongan tak kuat menahan lapar, akhirnya gw memutuskan untuk membeli sandwich di salah satu coffee shop di bandara. 

Baru saja membuka bungkusan sandwich itu, gw teringat Om Tio. Biasanya ia selalu membeli paket kopi dan sandwich ini dan ia selalu memberi sandwich nya untuk gw.

Air mata kembali mengalir di pipi gw, sambil berisak gw melahap sandwich itu, berharap ini semua hanya mimpi. Gw telan semua kenyataan pahit di setiap suapan, ini semua nyata adanya. 

===================================
Hayo yang penasaran sm cerita selanjutnya.

Follow twitter gw dulu @reyvandstefano

Atasan NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang