Perjanjian

10.4K 148 2
                                    

Hari ini Om Tio akan memenuhi undangan makan malam di rumah ayah. Dari beberapa minggu sebelumnya gw sudah menyiapkan hadiah khusus untuknya dan gw berencana akan memberikan hadiah itu malam ini.

Dari sore Ayah sudah menyuruh gw siap-siap di ruang utama untuk menyambut tamu-tamu lain yang turut diundang. Sebagian diantaranya adalah anggota direksi dari perusahaan ayah, sisanya adalah teman dan kolega bisnis.

"Bapak sudah mau sampai ya mas," chat dari Pak Samsul, supir pribadi Om Tio.

Gw langsung bersiap menyambut om tio didepan pintu.

Seketika om tio turun dari mobil, aura ketampanannya memancar.

Malam ini ia terlihat lebih santai, Om tio mengenakan kemeja jeans oversized, menambah volume tubuhnya semakin besar.

Dua kancing teratasnya dibiarkan tidak terkancing memamerkan dada bidang yang terlihat jelas garis belahannya. Lengan kemejanya digulung keatas memamerkan urat-urat tegas menjalar di lengannya.

Gw meneguk ludah melihat pesonanya.

"Hi van, ketemu lagi kita,"

"Iya nih, mari masuk om, mau minum apa?"

"Jangan terlalu ky di kantor van, ini kan rumah kamu, kita santai aja malam ini," ucapnya sambil merangkul pundak gw.

Bulu kuduk gw berdiri, badan gw seperti dialirkan sengatan listrik oleh om tio. Haduh baru dipegang gini aja ud salting kamu reyvand.

"Oh gapapa kok om, kan om tamu juga harus aku sambut dong,"

Akhirnya segelas wine gw berikan saja untuk ia nikmati sambil berbincang dengan tamu. Dua kali, tiga kali gw merefill gelasnya hampir penuh.

Tak perlu menunggu lama, reaksi wine mulai terlihat ditubuh om tio. Wajahnya memerah dan ia mulai terlihat gelisah, tentu saja, wine dan perut kosong adalah dua kombo yang yang tidak boleh dipertemukan.

Kebiasaan om tio kalau sudah mulai merasakan reaksi alkohol, ia buru-buru mencuci muka di kamar mandi.

Benar saja, ia langsung menuju toilet untuk menyegarkan kembali wajahnya. Gw tunggu ia didepan pintu, tak berapa lama ia keluar dengan wajah yang lebih segar, walaupun masih terlihat sedikit merah.

"Om gapapa?"

"Gapapa van cuma lagi naik aja nih wine nya,"

"Oh gt, hmm om, aku ada hadiah buat om,"

"Oh ya? hadiah apa van? Beneran?"

"Beneran om, ikut aku ya ke ruang belajar,"

"Asik, ayo,"

Seketika ia mengikuti gw menjauh dari keramaian menuju ruang belajar di lantai 2. Gw persilahkan om tio masuk dan gw kunci pintunya tanpa ia sadari.

"Mana kadonya van? Om penasaran,"

"Itu diatas meja, om,"

Ia memperhatikan lembar demi lembar kertas yang gw gelar diatas meja belajar. Perlahan-lahan gw berjalan kebalik meja dan duduk didepannya.

Mata om tio terbelalak.

Betapa kagetnya dia melihat laporan keuangan perusahaan yang sudah dianalisa dengan segala kejanggalannya.

Terima kasih untuk Ben dari team finance yang telah membantu gw membuka dokumen rahasia perusahaan ini.

Mudah, hanya perlu menyewakan dia hotel dan escort cantik untuk ia nikmati semalam penuh. Keesokan harinya ia menyerahkan laporan keuangan penuh stabilo yang menghighlight transferan dana besar ke rekening janggal yang setelah gw telusuri lebih dalam adalah bikin-bikinan om tio.

"Gimana om, suka dengan hadiahnya?"

Wajahnya seketika berubah semakin merah.

"Van, kita bisa omongin ini baik-baik,"

"Gaada yang bisa diomongin lg om, sudah jelas semua buktinya disini,"

Om tio tertunduk menatap tumpukan kertas didepannya. Tiba-tiba ia menggebrak meja dengan penuh amarah.

"Anak ingusan kaya kamu gaperlu ikut campur urusan saya, kamu pikir saya takut sama kamu?"

"Ga, saya tau om ga takut sama saya, tapi mungkin abis ini om akan,"

Om tio mendengus, mata nya yang tajam menusuk mata gw penuh amarah.

"Saya juga punya kado yang sama, tapi untuk Ayah, sudah saya taruh di ruang kerjanya, mungkin setelah makan malam baru akan dibuka,"

Arrrghhh

Om Tio meremas lembaran kertas itu penuh kekesalan. Ia berjalan ke sisi ruangan seperti memikirkan jalan keluar.

"Om tau kan apa yang ayah akan lakukan pas dia baca ini semua, yang pasti om dipecat, lalu kerugian perusahaan akan dituntut ke om, semua aset om akan disita, dari uang, barang mewah, mobil, hmm rumah, mungkin kalo ayah masih kasihan sama om, om akan dibiarkan hidup seperti orang normal, kalau ga ya, om masuk penjara,"

Seketika om tio menatap gw penuh kekhawatiran.

Perlahan-lahan ia menghampiri meja didepan gw. Sambil mengatupkan kedua tangannya ia memohon.

"Evan, om mohon sama kamu, om janji akan mengganti semua kerugian ini, om bener-bener minta maaf,"

Gw membuang muka, tak tergiur dengan tawarannya, gw mau lebih dari itu.

"Kamu mau apa? Om akan lakuin apapun yang kamu minta, asalkan ini semua ga sampe ke ayah kamu,"

That's it.

Itulah kata-kata yang mau gw dengar dari mulutnya.

"Apapun om?"

"Apapun Van, perjalanan om masih panjang, tolong van, please,"

Didalam hati, gw tersenyum penuh kemenangan.

"Ok kalau begitu,"

"Hhhh, terima kasih van," nafasnya lega

"Mulai sekarang om harus turutin perintah aku, tenang aja, didepan orang kantor kita akan kerja secara normal seperti bos dan bawahan, tapi kalo aku ud kasih perintah, apapun itu om harus lakukan,"

"Tapi jangan ekstrim-ekstrim van,"

"Gaada tawar menawar, sekali om melanggar perintah aku, kartu ini akan aku buka semua,"

"Ok! Ok! Om akan lakuin," jawabnya jengkel.

Gw mengangguk puas.

"Terus sekarang gimana itu dokumen yang udah ditaro diruangan ayah, amankan dulu dong van, om kan uda janji sama kamu,"

"Itu urusan aku, sekarang, aku mau om buka celana dalam om...,"

Om tio mengerutkan dahinya penuh kebingungan, mulutnya menganga tak bisa bicara apa-apa.

"...sebelom makan malam dimulai aku mau om serahin celana dalamnya ke aku, kalo aku ud terima, baru aku ambil semua berkas berkasnya dari ruangan ayah,"

"Permintaan macam apa itu?"

"Ingat, pilihan ada ditangan om,"

"Sakit.. sakitt kamu Van,"

Gw beranjak keluar ruangan meninggalkan Om Tio. Terlihat ia merauk berkas-berkas yang berserakan diatas meja dengan kasar. Ada rasa puas didalam diri gw, orang serakah sudah seharusnya dihukum.

Mulai dari sekarang, gw akan memanfaatkan kekuasaan gw untuk menikmati om tio.

Atasan NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang