Sadar

3.2K 82 4
                                    

Sambil membawa kopernya, gw menuntun om tio masuk ke kamar gw. Tempat pertama kali gw menikmatinya.

"Ah saya inget tempat ini," jawabnya seketika masuk ke kamar gw.

Gw tertunduk, ga enak mengingat kejadian yang pernah terjadi di tempat ini.

"Bad memories ya?"

Om tio membuka kancing kemejanya.

"Siapa bilang bad memories?" Ucapnya sambil menatap mata gw.

Seketika ia menyibak kemejanya menampakan upper body nya yang sempurna.

Tatapnya tajam.

Perlahan-lahan ia mendekati gw. Dengan lembut ia mengecup bibir gw.

"It was fucking good,"

Gw mengerutkan dahi.

Ternyata selama ini dia menikmati permainan gw?

Karena badan pegal-pegal, akhirnya gw memutuskan untuk mengajak om tio berendam di bathtub dengan bath salt.

Sambil merasakan hangatnya air rendaman, gw merebahkan badan diantara selangkangan nya. Tangannya terus menerus meraba gw, sambil memainkan air didalam bathtub.

"Om,"

"Hmm,"

"Aku mau nanya sesuatu boleh? Tapi jangan marah ya,"

"Apa?"

"Emm, om kenapa sih sering banget main sama perempuan selain Tante Dita,"

Om tio terdiam.

"Kebutuhan seksual aku kan ga tercukupi sama dia dari dulu, kamu tau lah Tante Dita kan hidupnya dimana-mana, jadinya ya aku cari pelampiasan ke perempuan lain," balas om tio.

Gw menghela nafas.

"Tapi tante Dita nya tau?"

Hhhhh.

Om tio menghela nafas.

"Tante Dita itu.. Bisex Van..,"

Gw tercekat.

"... di awal pernikahan yang kita lakuin itu kebanyakan threesome, ya dia sambil nikmatin perempuan yang main sama saya...,"

Gw mengerutkan dahi.

"... sampe akhirnya kita ud bosan sama threesome, jadinya ya... kita explore masing-masing.. dan dia akhirnya ud dapet partner lalu kita open marriage..," jawabnya santai.

Gw menghela nafas.

"Terus, om sendiri ga cari?"

"Aku ga tau mau ku apa Van, tapi ya tetep mencari,"

Gw mengerutkan dahi.

"Terus yang om cari apa?"

"Sex partner i guess?"

Gw tercekat.

"That's it?"

"Ya, i'm fine with it, it was all just sex, no feelings, no commitment.. just a hard.. fuck," ucapnya dingin.

Badan gw mematung kaku.

"Terus mau sampe kapan seperti itu?"

Om tio terkekeh.

"Entah.. mungkin sampe aku bosen, yang terjadi selama ini kan kalo bosen aku cari yang lain," jawabnya santai.

Seperti diguyur air es, gw menyadari semuanya.

Gw tertawa sinis.

"Wow," gw menoleh ke belakang.

Wajahnya terperangah.

"Reyvand..," ucapnya masih tenang.

Pembawaan tenang nya ini lama-lama menjengkelkan ya. Ni orang mati rasa, ga punya emosi, apa emang berhati batu sih. Anehnya sama gw doang sikapnya ky begini. Mau ada masalah, mau gw marah, tetep aja, tenangg.

"Don't reyvand me," ucap gw sambil keluar dari bathtub penuh kesal.

"Jangan begitu dong..." ucapnya mencoba menarik gw namun gagal.

"I should! Justru aku harus begini, setidaknya supaya aku masih bisa menghargai diri aku sendiri..,"

Gw membungkus badan gw dengan handuk.

"... aku bisa paham kalo aku bukan cuma pemuas nafsu kamu doang,"

"Itu bukan yang aku maksud van," balasnya sambil berdiri diatas bathtub.

Gw menggeleng.

"Terus apa? Besok kamu bosen sama aku juga kamu tinggal cari yang lain kan?"

Dia bertolak pinggang, sambil menghela nafas, "Van.. sini dulu"

"N no no! Kamu suruh aku janji tubuh aku cuma buat kamu, inget? Tapi bodoh nya, aku gatau ud berapa orang yang kamu claim tubuhnya untuk kamu...,"

Om tio menatap gw tajam.

"... if you think you can own me with just your charm, kamu salah besar, to me, you're just one hard fuck, inget itu,"

Gw berjalan keluar kamar mandi.

Buru-buru berpakaian dan meninggalkan dia.

Atasan NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang