Kembali

3.2K 74 3
                                    

Keesokan harinya gw terbangun lebih dulu. Ben yang semalaman menghajar lobang gw masih terlelap manis. Karena gamau bangunin dia, akhirnya gw pelan-pelan turun dari ranjang dan packing barang untuk pulang ke Jakarta.

Selama packing gw memikirkan berbagai macam hal terutama soal kelanjutan hubungan gw dan Om Tio.

Kalau hanya sex yang tersisa untuk gw, sepertinya permainan gw dengan Ben semalem sama nikmatnya dengan yang Om Tio lakukan selama ini.

Lalu apa lagi yang bisa membuat gw bertahan dengannya? Kata-kata manisnya pun udah gaada yg gw percaya lagi.

"Lamunin apasih," Tiba-tiba Ben mendekap tubuh gw dari belakang.

Kumis tipisnya menggelitik leher gw.

Ahhh

Pelukannya hangat dan membuat gw nyaman.

Kontolnya berdenyut di belahan pantat gw, membuat darah gw berdesir.

"Ada yang perlu dibantu?" Suara berat nya membangkitkan birahi.

Gw membalik badan.

Muka bantalnya sangat sexy ditambah badan kekarnya yang mengkilap karena udara cukup hangat.

Gw menggenggam batang kontolnya yang setengah tegang.

"Bantu... fuck aja ya,"

Ben menyeringai.

Dengan mudahnya ia menggendong gw ke kamar mandi dan menggarap gw dibawah guyuran shower sampe gw magap-magap.

Setelah puas melepas nafsu, gw dan Ben sarapan dan langsung memulai perjalanan kembali ke Jakarta.

Selama di perjalanan kami saling bertukar cerita.

Gw menceritakan awal mula perjalanan pelangi gw sampai bisa masuk dalam permainan bersama Om Tio.

Ben juga menceritakan perjalanan hidupnya menitih karir di Ibu kota. Sejarah percintaan nya dengan cewek-cewek posesif yang kegilaan kontolnya, lalu saat ia mulai ada ketertarikan dengan gw.

Tidak ada pembicaraan yang ga nyambung, semuanya mengalir dengan santai sampai kami ga berasa sudah memasuki kota Jakarta.

Gw langsung menuju kantor dan menghadap Om Tio. Sesuai dengan masukan dari Ben, gw bersedia membantu Om Tio sampai audit selesai. Di sisi lain gw jg harus meluruskan semua masalah diantara gw dan dia, supaya gw bisa tenang melanjutkan hidup gw.

Mobil berhenti di parkiran gedung.

Sebelum turun Ben mengelus pundak gw.

"Kamu siap?"

Gw menatap matanya.

Dengan setengah yakin gw mengangguk disusul senyuman manis darinya.

"Kiss dulu dong," balas gw manja.

Ia mendekat.

Tapi yang dicium malah kening gw.

Gw kebingungan.

"I'm not 'making love at the office' type of guy, kita lanjut dirumah nanti ya,"

Pipi gw memerah.

What?

Lanjut dirumah?

Rumah siapa?

Nanti?

Nanti kapan?

Ini mah fix ga bakal konsen gw kerja.

Sambil mengatur nafas gw berjalan menuju ruangan Om Tio.

Beberapa orang kantor yang berpapasan terbengong-bengong melihat kehadiran gw.

Atasan NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang