Chapter 3

4.6K 311 5
                                    


Tarik nafas..

Keluarkan..

Tarik nafas..

Keluarkan..

Tarik...

"Awas keluar dari lubang lain." Pengendalian emosiku dengan mengatur nafas terhenti karena intrupsinya. Aku mendelik kesal ke arahnya.

"Gini.. Hantu.. Aku.."

"Namaku Sarah!" potongnya kesal.

"Iya iya Sarah. Sekarang jelasin padaku apa yang terjadi. Dan kenapa hanya aku yang bisa

melihatmu?" tanyaku langsung.

"Hmm... Jadi begini. Waktu itu aku mau nyebrang, dan gak liat mobil lewat, akhirnya ketabrak.

Umm... Dan saat aku sadar, aku sudah melayang dan kulihat tubuhku terbaring dibawahku, dengan darah yang mengalir dari kepala. Aku sempat panik. Apa aku sudah mati?

Karena aku bingung harus apa, akhirnya sisa hari itu, aku melayang tak tentu arah. Sampai esok paginya saat aku melamun dipinggir jalan. Kau berhenti didepanku. Aku sangat bahagia saat itu. Karena kau bisa melihatku. Setidaknya aku merasa aku bisa mempunyai teman. Lalu dari sana aku mulai mengikutimu." jelasnya panjang lebar. Aku mengangguk paham.

"Lalu kenapa kau bisa berganti pakaian dan merasa lapar? Juga tadi kulihat kau bisa makan?" tanyaku lagi.

"Iya, hmm kurasa aku hanya roh yang terpisah. Jadi masih terhubung ke dunia dan dapat melakukan hal-hal di dunia, entahlah aku baru pertama kali begini," dia kembali menjelaskan. Aku mengangguk-anggukan kepala lagi.

"Lalu sekarang kau tinggal dimana?" tanyaku dengan tangan yang naik menggaruk pelipis.

"Rumahmu." Jawabnya singkat.

"Apa? Kenapa?" dahiku mengerut heran mendengarnya.

"Karena hanya kau yang dapat melihatku."

"Kenapa tidak dirumah sakit tempatmu dirawat?"

"Disana banyak hantu menyeramkan, setidaknya wajahmu tidak menyeramkan."

"Kau menghina ku? Wajah tampan begini kau bilang seram?"

"Tampan? Apanya?"

"Wajahku tentu saja, memang kau pikir apanya?" aku tersenyum miring menggodanya, memasukkan tangan ke saku celana, menampilkan gayaku yang paling keren. Biasanya cewe-cewe akan merona melihatnya, tapi...

"Oh, aku kira... Jempol kakimu hahahahahahaha." Balasnya dengan tawa yang besar.

Sepertinya dia tidak. Aku mendengus kesal.

"Bercanda, habis wajahmu sangat lucu kalau sedang merah padam begitu." dia melanjutkan. Masih dengan sisa tawanya.

Orang waras sabar aja!

"Yasudah lah... Lalu kau akan seperti ini berapa lama?" aku kembali bertanya, melipat kedua tangan didepan dada, menandakan pembicaran kembali serius.

"Entahlah. Tubuhku belum pulih. Aku masih merasa lemah" senyum di wajahnya menghilang, dia menunduk, menatap kosong pada rerumputan dibawahnya.

Tiba-tiba rasa iba datang saat melihat wajah murungnya itu. Aku menghela nafas untuk meredakan perasaan aneh yang ingin menariknya kepelukanku dan menenangkannya agar wajah itu tersenyum.

"Baiklah. Karena aku lelaki baik nan tampan. Kuijinkan kau untuk tinggal bersamaku." Candaku berusaha mengembalikan suasana.

"Benarkah? Yeay.. Thank youu David!" wajahnya terangkat dan senyumnya kembali mengembang.

My Girlfriend is a GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang