Chapter 9

3.1K 176 8
                                    

Sarah POV


Aku hantu.

.

.

Aku hantu.

.

.

Aku hantu.

Kenyataan itu terus mengiang di kepalaku. Apa aku akan seperti ini terus? Berwujud hantu dan tidak akan menjadi manusia lagi? Jadi beginilah akhir dari hidupku?

Aku terus memikirkan apa yang aku lakukan sampai tertabrak di sana? Apakah aku akan ke sekolah? Mengingat saat itu aku memakai seragam.

Tapi seingatku aku berlari. Berlari menyebrangi jalan tanpa melihat sekitar, yang akhirnya membuatku tertabrak. Tapi apa yang membuatku berlari? Apa yang aku hindari sehingga membuatku panik tanpa melihat sekitar?

Tapi jadi hantu tidak buruk juga. Setelah menjadi hantu, aku justru bertemu lelaki tampan yang baik hati. Ya dia David.

Aku bersyukur karena dia lah yang dapat melihatku. Dia adalah lelaki paling baik yang pernah kutemui. Lagipula aku kehilangan memoriku kecuali tentang kecelakaanku waktu itu. Jadi, biarpun aku ingat keluargaku, tapi beberapa memoriku tetap hilang.

Ah, ngomong-ngomong soal David. Aku suka sangat suka mengganggunya. Wajahnya yang kesal karena kelakuanku justru membuatku semakin ingin mengusilinya. Makanya aku mengerti perasaan Leo yang senang sekali mengusili David.

Aku sempat curi-curi dengar saat melayang di sekolah. Keadaanku sebagai hantu membantuku mendengar berbagai gosip. Hihi.

Saat itu aku iseng ke kamar mandi pria—sebelum kalian berpikir aku porno, biar aku jelaskan, aku hanya penasaran bagaimana toilet laki-laki, lagipula, aku tidak mengintip, hanya mencuri dengar—karena aku juga penasaran apakah lelaki juga dapat bergosip?

Kenyataannya... Ya, mereka tidak jauh berbeda dengan perempuan.

Hidupku justru semakin berwarna semenjak menjadi hantu. Tapi kurasa David tidak merasakan hal yang sama. Beberapa kali aku melihat wajah lelahnya dan menahan amarah saat melihat keisenganku. Apa dia tertekan bersamaku?

"Sarah?"

"Eh? Iya?" aku tersadar dari lamunan saat mendengar suara yang kusukai beberapa hari belakangan ini memanggil namaku.

"Kau melamun? Ini makanlah," ujar David mengangsurkan sepiring makanan dihadapanku.

"Terima kasih Davey," balasku dengan nada menggodanya. David tidak terlalu suka dengan julukan itu. Katanya kekanakan. Tapi aku suka wajahnya saat menolak panggilan itu.

Kami makan sembari mengobrol. Kadang aku menggodanya. Dan wajahnya akan berubah masam, tapi menggemaskan!! Dan saat dia tertawa dia terlihat saaangaat tampan.

Sebenarnya aku sedih terus seperti ini dan tidak ada perkembangan. Tapi jangan pikir aku gadis lemah yang mengharapkan semua bantuan dari orang sekitarku yang dapat kuterima.

Tidak! Aku tidak selemah itu. Dan kalau aku bisa memilih, aku tidak ingin merepotkan siapapun. Terutama David. Ah, satu lagi, beberapa minggu aku bersamanya, aku sadar...

Ada yang mengincarnya.

Tanpa sepengetahuannya, aku pernah menepis sebuah pot yang melayang jatuh saat kami ke lapangan. Pot itu jatuh dan pecah dengan isinya yang berserakan sejauh 2 meter karena mendapat tepisan dari tanganku.aku tidak tau aku sekuat itu, apa itu tenaga seorang hantu?

Setelah tersadar dari keterkejutan, aku mendongak untuk mencari siapa pelakunya, tapi terlambar, aku tidak melihat siapapun disana, lagipula yang dipikiranku dan yang terpenting hanyalah...

My Girlfriend is a GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang