Chapter 10

3.1K 182 6
                                    


David POV

Dan ternyata...

Dia Leo. "Ck, bikin kaget aja lo," sahutku menghela nafas.

"Lo kenapa deh? Gue nepuk biasa aja perasaan, ngumpetin apaan lo? yang 'engga-engga' ya? wah wah ga bener ini," Leo melongok seolah sedang berusaha melihat sesuatu dibalik punggungku.

Apa aku harus menceritakannya soal kertas tadi? Tapi itu berarti aku harus memberitahu perihal Sarah? Apa aku akan dianggap gila?

"Woy Vid!"

"Eh? Iya?"

"Lo kenapa sih? Kalo muka lo kayak gini mah bukan hal biasa nih, kenapa? Cerita lah!" Leo menepuk bahuku ringan.

Aku menghela nafas. Sepertinya aku memang tidak bisa menyembunyikan apapun darinya. Mungkin memang ada baiknya membagi masalahmu pada orang lain.

"Ikut gue. Gue bakal jelasin tapi gak disini," ucapku akhirnya berbalik arah dan mulai melangkahkan kaki menuju parkiran setelah menutup pinu lokerku dan menguncinya. Leo mengangguk dan mengekoriku dalam diam.

"Tolong kabarin si kembar sekalian," lanjutku sembari menaiki motor dan mengenakan helm, Leo mengacungkan jempolnya sebagai jawaban sebelum berlalu menuju tempat dimana mobilnya terparkir.


--**--**--


Deru mesin motor berhenti saat aku memutar kuncinya setelah kuparkirkan motorku di teras rumah, mobil Leo menyusul tak lama kemudian dan memakirnya diluar pagar rumah. "The twins nyusul nanti," seru Leo begitu memasuki pagar setelah memastikan mobil kesayangannya aman diluar sana.

Aku melepas helm dan menaruhnya ditempat helm—semacam rak menempel pada tembok, yang dibuat Papa khusus untuk meletakkan helm dan barang bengkel lain milik Papa—aku menganggukan kepala sebagai jawaban pada Leo dan memberi isyarat padanya untuk mengikutiku.

Rumah sepi. Berarti Mama lagi keluar. Lucky! Kalo begini gak bakal ditanyain macem-macem sama Mama. Tanpa menengok pada Leo yang sudah pasti langsung melesat ke dapur mencari apapun untuk disantap, aku bergegas menuju lantai atas alias kamarku untuk berganti pakaian.

"Sarah? Kau didalam?" tanyaku mengedarkan pandangan saat tiba di kamar tapi tidak menemukan gadisku itu.

"Kamar mandi Dave! Aku segera keluar," sahut suara yang mengisi hariku sebulan terakhir ini dari balik pintu kamar mandi.

"Oke, kalau udah langsung turun yaa. Ada yang mau aku omongin," balasku seraya melemparkan seragam dan kaos kotor ke keranjang cucian. Melesat turun menuju dapur untuk mengambil beberapa kaleng minuman dan makanan ringan.

"Vid ada apasih? Cerita aja napa, detadi ditahan-tahan kayak orang boker," Leo berkata setelah melihatku memasuki ruang tamu dengan menenteng beberapa minuman kaleng dan meletakkannya disebelah toples berisi kue kering buatan Mama yang sangat pantas untuk dijual menurutku, rasanya mengagumkan.

"Nanti sih elah, sekalian nunggu si kembar, males gue ngomong dua kali," sahutku setelah meneguk minuman dingin dari kaleng yang tadi kubawa dan merebahkan diri disofa.

Brruummm

Deru mesin motor yang berhenti dan berasal dari teras menandakan si kembar telah sampai. Aku yang malas berdiri dari sofa dan kuyakin Leo juga demikian, membiarkan si kembar masuk sendiri, toh mereka memang sering kemari.

Tak lama mereka muncul dari balik pintu, berjalan santai dan ikut merebahkan tubuhnya disofa dengan kaki terangkat ke atas meja. Dasar tamu songong.

My Girlfriend is a GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang