Chapter 15(Repost)

2.9K 162 6
                                    


"Sarah!" aku memanggil Sarah yang akhirnya muncul.

"Kemana ajasih dari tadi? Aku nyariin kamu kemana-mana!" aku menaikkan suaraku.

"Jalan-jalan." Jawabnya singkat dan melenggang pergi.

"Sarah tunggu! Hey! Aarrggh!" aku mengacak rambut frustasi. Kalau saja aku berhasil membujuknya untuk tidak ikut.

Flashback on

Aku sedang membereskan barang-barang keperluan untuk camping, sebenarnya dari hati yang paling dalam.. aku malas. Benar-benar malas untuk ikut camping-camping semacam ini.

Tapi dengan ancaman murahan seperti 'bagi siswa yang tidak mengikuti kegiatan ini akan mendapat konseskuensi nilai kelulusan yang pas-pasan.' aku terpaksa ikut.

"Daveey.." pintu kamarku terbuka dan kepala Mama menyembul dari sana.

"Masuk ma, kenapa?" tanyaku yang kembali mengalihkan pandangan pada tas ransel yang sedang kubereskan.

"Bawa baju hangat udah? Jaket? Freshcare? Obat maag? Oh iya topi rajut kamu yang mama kasih di mana? Mama cariin, kamu bawa ya?" Mama mondar-mandir seperti saat dia menemukan tulisan SALE besar-besaran di mall.

"Maah.. aku udah gede, aku udah ngerti. Ini udah aku bawa semua yang mama sebutin. Trus topi rajut yang mama maksud bukannya udah di kasih ke Romi?" aku mengingatkan Mama soal topi yang sudah diberikan pada sepupuku yang masih berumur 5 tahun.

"Oh iya mama lupa. Trus ada yang ketinggalan lagi?" Mama akhirnya duduk bersila di hadapanku.

"Engga mama sayang, ini udah rapih. Aku kan udah bilang aku udah gede, udah ngerti."

"Mama Cuma khawatir Davey.. perasaan mama gak enak dari kemarin, takut kamu kenapa-napa." Mama merenggut dan wajahnya terlihat sedih. Aku menghela nafas.

"Iya iya, makasih ya Mam. Davey sayang Mama." Kupeluk wanita yang sangat kusayangi ini. Biarkan orang berkata aku anak mama atau aku lebay sebagai lelaki.

Tapi menurutku ini hanya hal wajar, menurutku ini adalah bentuk sayangku pada wanita yang telah menghabiskan banyak waktunya untuk mengurusku.

"Udah Mama balik ke kamar gih, ntar Papa ngomel sama aku gara-gara Mama kelamaan di sini." Mama mengangguk, mengecup kepalaku dan pergi. Aku menghela nafas lega.

"Davey.." nah aku lupa masih ada wanita yang ini.

"Iya sayang.. apalagi? Mau cerewet kayak Mama?" tanyaku mengalihkan pandangan pada gadisku.

"Aku belum ngomong apa-apa ih!" dia merenggut.

"Iya, yaudah mau ngomong apa?"

"Hm... boleh gak aku... ikut kam..."

"Engga."

"Aku belum selesai ngomong ya ampun!"

"Aku tau kamu mau ikut camping kan?" dia mengangguk

"Engga."

"Kenapa?"

"Bahaya."

"Bahayanya kenapa?"

"Ya pokoknya bahaya, sekali engga tetep engga."

"Dave.. pliss aku janji bakal deket-deket kamu, nempelin kamu, gak ganggu kamu, gak bandel, gak nyusahin, pokoknya aku nurut. Yayayaya?" dia mulai merajuk dan menggoyangkan tanganku.

"Engga."

"Davey tega nih, aku kan belum pernah jalan-jalan semenjak di sini."

"Waktu itu kan udah."

My Girlfriend is a GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang