Author POV
David misuh-misuh di kamar, jengkel bukan main. Pasalnya, hari ini hari ulang tahunnya. Dia sudah membayangkan—semenjak jadian sama Sarah—bahwa ia akan menghabiskan hari ulang tahunnya seharian dengan gadisnya. Tapi apa kenyataannya? Dia bahkan belum mendengar kabar tentang Sarah.
"Duilah ini anak Mama yang paling guanteng ngapain jongkok di sono? Udah siang loh sayang, sekolah kan?" mama yang berniat membangunkan anaknya sekaligus ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan bertambahnya umur anaknya—seperti setiap tahun—malah dibuat bingung dengan kelakuan anaknya yang entah kesambet apa malah jongkok di hadapan jendela yang menghadap beranda.
"Hey Davey.... Kenapa sih?" kini mama ikutan jongkok disebelah anaknya.
"Aku gak sekolah ya Ma?" tanya David lirih.
Seketika mamanya panik dan meletakkan tangannya di jidat anaknya. "Gak panas, kamu gak sakit kan?" mamanya bernafas lega.
"Aku sakit Ma."
"Sakit apa?"
"Sakit kangen. Aww Mama apaansiii!!" David mendelik kesal pada mamanya yang tiba-tiba menjewernya.
"Gak usah ngaco! Anak siapa sih ini!" mamanya menarik paksa agar David berdiri dan mendorongnya untuk bersiap.
"Anak Mama lah!"
"Kan Papa juga ikutan bikin!" mama mendelik.
"Trus Mama maunya aku anak Papa sama orang lain?"
"Jangan sampe ih ya Allah ngomongnya!" mama kembali menjewer kuping David.
"Mama dih kuping aku caplang ntar gak ganteng lagi!!" David mengusap pelan kupingnya yang memerah.
"Biarin, biar kamu gak ada yang suka."
"Oh mau anaknya perjaka seumur hidup?"
"Jangan! Ah capek Mama ngomong sama kamu. Udah sana!" David akhirnya berhasil digiring masuk ke kamar mandi.
David mendesah pasrah, mau tidak mau dia harus tetap pergi ke sekolah. Sungguh,, dia sangat sangat malas untuk berangkat. Lagipula hari ini ada Pensi, dan kegiatan KBM ditiadakan. Jadi untuk apa dia datang?
--**--**--
Kali ini yang jadi korban kejengkelan David adalah kasur yang ada di UKS. Dia sampai di sekolah malah memilih kembali bergelung dan misuh-misuh di ruang UKS.
"David kalo sampe kasur itu rusak Ibu panggil orangtua kamu dan nyuruh kamu buat di bawa ke psikiater." Ancaman terakhir yang diberikan Bu Diana rupanya sedikit ampuh untuk meredekan gerakan brutal David di atas kasur ruangan itu.
Tak lama Bu Diana bangkit dan membawa beberapa kertas atau dokumen, entahlah David tidak terlalu memperhatikan. "Kalo Ibu balik dan liat salah satu kasur di sini ada yang jebol, Ibu panggil kamu." Ancaman terakhir dilayangkan sebelum Bu Diana menghilang di balik pintu.
David mendesah kesal. Si Ibu mah mana ngerti kegalauan gue?
David tidak bisa berbuat apa-apa untuk meredakan rindunya, karena bahkan dia tidak mempunyai foto Sarah. Bagaimana bisa punya? Saat mereka pacaran kan wujud Sarah masih hantu dan tentu tak terlihat di foto.
Sekali lagi David mendesah kesal, kasur yang dia tidurinya pun kembali bergerak brutal.
Krrakkk
Mati gue!
Bunyi apaan tuh? David melotot horror dan bangkit berdiri. Turun perlahan dari kasur itu dan melihat apakah ada yang retak di sana. David celingukan di bawah kasur untuk memastikan dugaannya salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Girlfriend is a Ghost
Teen FictionTau hantu? Pernah liat? Bentuknya gimana? Serem kan? Bayangin kalo pacaran sama mereka? Horor bro! Tapi yang ini beda! Gak kayak hantu, malah kayak malaikat. Penasaran? baca aja