"Dari pondok mana?"
Ucap seorang perempuan dengan suara lembutnya sambil tersenyum melihat ke arah laki-laki yang dijemputnya pada malam itu.
Di dalam mobil selama perjalanan hanya terdengar suara angin malam dan kendaraan yang berlalu lalang. Lampu-lampu jalan menambah kesan indah di malam pertemuan itu.
Kursi tengah dekat jendela merupakan tempat duduk favorit seorang perempuan yang bernama Zuyina Azzalia Putri saat berada di dalam mobil. Azza adalah panggilan akrabnya, dia perempuan yang murah senyum, gampang tertawa, dan mudah berteman dengan orang-orang baru yang ditemuinya.
"Ehemm..." ucap laki-laki yang duduk di bagaian mobil paling belakang. Dia adalah Galih Putra Mahendra seorang laki-laki yang pendiam, cuek, jarang senyum, dan kurang bisa bergaul dengan orang-orang yang baru. Galih nama sapaan yang sering menyapanya.
"Aku dari Ponpes Al-Muhajirin, btw kamu dari ponpes mana?" ucap Galih dengan wajah datarnya.
"Aku dari Ponpes Gama, ngapain kamu nggak mondok di Gama aja? Kan masih satu daerah" ucap Azza dengan tatapan yang heran.
"Aku emang fokus sekolah dulu, makanya aku mondok setelah lulus sekolah" ucap Galih dengan sedikit senyuman dibibirnya.
"Owh... fokus sekolah dulu, kalau aku dulu sekolah sambil mondok, Alhamdulillah bisa lulus bareng. Lulus sekolah juga lulus mondok hehehe..." saut Azza dengan senyuman yang mengembang dibibirnya.
Azza dan Galih mulai cerita-cerita di malam itu, dan membuat mereka semakin akrab ditengah malam yang semakin larut.
"Hayooo Azza modus ya sama si Galih" ejek teman Azza yang bernama Riyan dengan wajah cengengesanya.
Riyan adalah teman Azza yang sudah mengenal sifat-sifat Azza sejak kecil. Mereka tetanggaan jadi sudah sangat wajar jika Riyan berani menjaili Azza.
"Wah enak nih beli boba, yuk Za beli boba. Eh kamu juga mau boba nggak?" ucap Riyan dengan seenaknya sendiri.
"idih bayar sendiri lah, ngapain ngajak-ngajak" tolak Azza dengan kening mengekerut.
"Santai khusus hari ini aku yang bayarin" ucap Riyan dengan terkekeh.
Mereka bertiga mampir ke kedai boba terdekat, sembari menikmati boba yang telah dipesanya.
~~
Di sepertiga malam akhir...
"Tringgg...tringgg...tringgg..." bunyi alaram yang berdering dari kamar Azza yang selalu membangunkan keluarganya di tengah malam, untuk sholat malam dan doa di sepertiga malam yang akhir.
"Azzaaaa bangun nak...Azaaa bangun..." ucap ibu dan bapak dengan suara yang sedikit tinggi secara bergantian untuk membangunkan Azza.
Ibu Zulaiqoh dan Bapak Yahya adalah sepasang suami istri yang mempunyai tiga orang anak yang sifatnya bisa dibilang unik-unik. Anak pertama dengan sapaan Fairuz dengan sifat pendiam, serius, dan paling tidak suka jika di ajak becanda, anak keduaya adalah Azza yang sifatnya berbanding balik dengan kakaknya, dan anak terakhir bernama Rima yang sifatnya sebelas dua belas dengan sifat Azza.
Mereka merupakan keluarga yang harmonis bahkan sering diceritakan oleh orang-orang di lingkungan kompleknya.
"iya buk, bentar masih ngantuk nih" ucap Azza sambil menguap.
Pak Yahya dan Bu Zulaiqoh mengajarkan pada anak-anaknya untuk selalu mendekatkan diri pada Allah, salah satunya dengan doa malam dan sholat malam disetiap malamnya.
~~
Keesokan harinya...
"Buk, Galih orangnya gimana ya buk?" tanya Azza pada ibunya dengan senyam-senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart in Silence
Roman pour AdolescentsAzza merupakan seorang perempuan yang baru lulus sekolah dengan mondok. Azza selalu berdoa agar dipertemukan dengan seorang laki-laki yang selalu ia sebut dalam do'anya. Tapi laki-laki itu hanya memiliki kemiripan nama, sifat, dan watak yang sama de...