11. Tara vs Gema

13.1K 1K 67
                                    

Holla,
Terimakasih sudah mau mampir untuk membaca.
Tapi sebelum itu, aku ingetin sekali lagi ya sama kakian kalau cerita ini bukan cerita bxb.

Awas salah lapak sayang...

Oh iya, kalau udah baca cerita ini jangan lupa untuk memberikan dukungan berupa vote dan komen.

Udah segitu dulu,

Happy Reading...

Jam istirahat sudah berlangsung sejak beberapa menit yang lalu. Tara dan Rasia sudah duduk di kantin sambil menikmati roti bakar dan sosis panggang kesukaan mereka. Oh iya, Rasia itu adalah gadis jutek yang menunjukkan dimana kelas Tara berada. Dan sekarang mereka berdua resmi berteman.

Rasia baru sadar jika sedari tadi Tala melirik ke arah Abang kembarnya yang duduk bersebelahan dengan Ansel. Tapi ada yang aneh di sini, Ansel tidak manja seperti biasanya. Karna biasanya, anak itu selalu saja meminta di suapi ketika makan. Tapi kenapa hari ini Ansel makan sendiri dengan lahap tanpa ada rengekan yang memuakan seperti biasanya?

Apa si Engsel pintu satu itu sudah tobat?

Rasia menepuk-nepuk pundak Tala entah untuk apa.

"Gue tau kok Tal, gimana perasaan lo yang sekarang. Lo pasti keheranan kan liat si engsel pintu jadi kalem." tutur Rasia menyadari apa yang Tara rasakan. Tara mengangguk sambil memakan roti bakarnya.

"Eh tapi, lo ngerasa nggak sih kalau itu anak udah nggak nyebelin kayak biasanya lagi? Apa dia sakit ya?"

Rasia tertawa menatap Tara. "Lo khawatir sama adik pungut lo yaa?" goda Rasia membuat Tara mendengus kesal.

"Dih, adik kata lo? bahkan gue lebih kecil dari dia ya. Seharusnya gue nyebut dia abang pungut!" koreksi Tara. Enak saja umur dia yang sekecil ini harus menjadi abang dari seorang Ansel. Padahal kan dia lebih kecil dari Ansel.

"Seriusan lo?" kaget Rasia. Gadis itu mencari kebohongan di dalam mata Tala. Dia tidak menemukan kebohongan di sana. Tapi tetap saja dia tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Tala.

Karena dari penglihatannya, badan Tala sedikit lebih tinggi di bandingkan Ansel. Jadi Rasia menduga Tala lah abangnya. Tapi ternyata bukan Tala yang abang melainkan Ansel.

"Jadi ternyata lo adeknya Tal?"  Tara mengangguk mengiyakan. Kan dia sudah bilang tadi, kenapa gadis ini tidak mengerti juga sih.

"Iya Rasia ku. Lagian lo bego apa tolol sih perasaan telinga lo nggak budeg-budeg amat. Setelah gue jelasin panjang lebar, tetap aja lo nggak paham." dumel Tara. Lalu melahap makannya

Rasia yang tidak terima di katai tolol dan budeg langsung  saja mengeplak kepala Tala tanpa iba.

Plak

"Lo nyebelin banget ya anjir, untung temen lo. Kalau enggak, udah dari tadi gue bunuh lo." ancam Rasia sungguh-sungguh, tak lupa tangannya memegang garpu seakan-akan siap menusuk jantung Tala.

Tara jadi bergidik ngeri.

"Lo udah kayak pembunuh bayaran aja. Tapi tetap aja, tampang lo aja sangar dan jutek. Tapi ternyata oh ternyata lo sehangat ini. Jadi lo mau kan jadi kakak gue?" Rasia memandang Tala malas.

I'M NOT TALA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang