20. Selamat Datang Masalah Baru

10.6K 832 64
                                    

Holla,
Terimakasih sudah mau mampir untuk membaca.
Tapi sebelum itu, aku ingetin sekali lagi ya sama kakian kalau cerita ini bukan cerita bxb.

Awas salah lapak sayang...

Oh iya, kalau udah baca cerita ini jangan lupa untuk memberikan dukungan berupa vote dan komen.

Udah segitu dulu,

Happy Reading...

Sepulangnya dari sekolah, Rasia langsung berangkat ke rumah sakit untuk menjenguk sepupu tercintanya. Tidak lupa juga Rasia singgah untuk membelikan Tara beberapa jajanan seperti cilok, batagor dan juga seblak ekstra pedas untuk Tara.

Rasia ini kenapa ya, orang sakit bukannya di beri buah-buahan malah di belikan seblak, cilok dan juga batagor. Tapi tidak usah di herankan juga sih sifat Rasia itu. Karena Rasia dan Tara sama saja anehnya, jadi cukup pantas jika mereka berdua adalah saudara.

"Hmm, Tara pasti suka nih gue bawain dia seblak. Kata orang-orang kan, kalau orang lagi sakit itu seleranya pait makanya lebih baik di kasih makanan pedas aja, pasti kalau makan pedas sensasi paitnya bakalan ilang." pikir Rasia dan langsung naik ke taksi yang sudah menunggunya sedari tadi.

Sedangkan di sisi Tara, keempat abang Tala tidak mau beranjak dari sana barang sedetik pun. Akan tetapi haruskah Tara merasa senang dengan perubahan abang Tala yang sangat perhatian atau malah menyesal karena dirinya tidak bisa bertindak bebas. Bahkan saat ini dia seperti ayam betina yang bertelur lalu di kurung di sebuah kandang untuk mengerami telurnya.

"Heh! Lo pada beneran nggak mau ninggalin gue?Bosan tau gue lihat wajah kalian disini terus. Sana pulang atau kemana gitu, tapi yang jelas nggak disini."

"Ntar bapak lo nyariin loh." ujar Tara menakut-nakuti mereka.

Tenggara tertawa renyah, pemikiran macam apa itu. "Ayah nggak bakalan nyariin kita. Karna Ayah lagi ada urusan di luar kota sama Kakek."

"Terus kenapa kalian nggak ikut juga? nggak ada ongkos?" balas Tara seraya menyipitkan matanya penuh curiga. Tidak mungkin kan mereka tidak memiliki ongkos untuk ikut.

"Lo pikir kita gembel?" celetuk Haru, tentu saja membuat Tara tertawa mengudara. Membayangkan mereka benar-benar jadi gembel sangat menyenangkan.

"Kan bisa jadi haha."

"Nggak bakalan lah. Uang Ayah sama Kakek nggak bakalan habis tujuh keturunan, tujuh tanjakan maupun tujuh belokan. Jadi kita nggak akan ngerasain bangkrut." sombong Hara membuat Tara mendengus mendengarnya.

"Sekarang lo boleh sombong, tapi yang namanya takdir Tuhan nggak ada yang tau. Bisa aja habis lo ngomong gitu tiba-tiba harta bapak lo habis." peringat Tara.

Aksa langsung mengadahkan tangannya untuk berdo'a lalu meminta maaf kepada Tuhannya, karena dia sadar bahwa ucapan adiknya barusan terdengar sangat sombong dan meremehkan.

"Maafkan mulut adik hamba ya Allah karena udah sombong barusan."

Tara tersenyum simpul. "Nah gitu dong, bang. Nanti kalau ada apa-apa cerita aja sama Tuhan, Tuhan maha mendengarkan kok. Terus lo jangan lupa lakuin kewajiban kalian sebagai umatnya. Gue cuma mau ingetin kalian sih, baik-baik ya kalian. Terus jangan lupa kirimin doa buat gue kalau gue metong duluan dari kalian."

Hara memandang Tara datar, dia tidak suka kalau Tala berbicara mengenai kematian dirinya.

"Tal, lo kalau ngomong kayak gitu lagi gue bakalan marah lo. Gue nggak suka kalau lo bahas-bahas tentang kematian lo. Lo bakalan baik-baik aja Tala. Jangan seolah-olah lo kayak kasih kita pertanda kalau sebentar lagi lo bakalan pergi dari dunia ini."

I'M NOT TALA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang