25. Dua Permata

7.2K 694 38
                                    

Holla,
Terimakasih sudah mau mampir untuk membaca.
Tapi sebelum itu, aku ingetin sekali lagi ya sama kakian kalau cerita ini bukan cerita bxb.

Awas salah lapak sayang...

Oh iya, kalau udah baca cerita ini jangan lupa untuk memberikan dukungan berupa vote dan komen.

Udah segitu dulu,

Happy Reading...


Motor berwarna biru menyala kepunyaan Tara memasuki area sekolah dengan kecepatan di atas rata-rata. Bahkan saat berbelok menuju parkiran Ansel semakin berpengangan erat memegangi jaket Tara karna laki-laki itu mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Mungkin setelah ini Ansel tidak akan pergi dan pulang lagi bersama Tara karna trauma.

"Sel! Lo kenapa diam kayak orang tolol gitu? Lo terkagum-kagum ya sama kehebatan gue pas bawa motor tadi?" tanya Tara dengan penuh percaya diri.

Ansel menghela nafasnya perlahan dan memegang jantung nya yang berdebar kencang. Bukan debaran jatuh cinta, yang jelas ini adalah debaran kaget dan shok secara bersamaan sehabis menantang malaikat maut.

"Tau ah Tar. Aku mau ke kelas dulu. Nanti pas pulang aku pulang sama bang Haru aja nggak mau sama kamu." tekan Ansel kesal dan melangkah menjauhi Tara yang tampak bangga dengan keahliannya.

"Yaudah sana sama Haru aja lo! Awas nebeng lagi sama gue."

"Nggak akan." balas Ansel.

Tara tertawa saja, ternyata skill balapannya tidak redup akibat jarang di gunakan untuk balapan. Karna keluarga pemilik tubuh ini melarangnya untuk balapan, walaupun di larang seperti ini nanti Tara akan mengikuti balapan lagi.

Sekali-kali keras kepala tidak apa-apa kan?

***

Baru saja Tara menginjakkan kakinya di koridor deretan kelasnya, suara cempreng Nara sudah terlebih dahulu menganggu gendang telinganya.

"Kak Tala anterin aku ke kelas aku dong. Aku kan baru aja sekolah di sini jadi nggak tau jalannya." ujar Nara.

"Emangnya lo dapat kelas berapa?" tanya Tara berusaha menetralkan emosinya yang siap meledak kapan saja.

Nara menggeleng tidak tau lalu memeluk lengan Tara seolah-olah ketakutan berada di antara keramaian. "Aku pegang tangan Kakak ya, soalnya aku takut banget kak liat mereka yang natap aku kayak gemes gimana gitu. Aku tau kalau aku itu kyutt gitu tapi kan aku jadi ketakutan." tutur Nara dengan suara imutnya.

Tara berusaha memberontak mendorong lengannya agar bisa terlepas dari gangguan makluk astral seperti Nara. "Lepas bisa nggak sih, ini bukan pegang lagi namanya sialan! Tapi ini lo meluk gue!"

"Gue nggak suka di peluk sama lo!" Tara mendorong lengannya semakin kencang sampai-sampai pelukan Nara terlepas dari lengannya. Nara jatuh terduduk di lantai.

Bruk

"Tala kok kasarin Nara sih? Nara salah apa kak? Nara kan cuma takut kalau Nara ke sasar di sini, kalau Nara kesasar siapa yang bakalan tolongin Nara? Kakak jahat." Nara mengeluarkan tangisannya.

Bibirnya bergetar serta memasang raut wajah minta di kasihani.

Siswa dan siswi di koridor itu menatap Nara beragam ada yang kasihan dan ada juga yang mencemooh kan Nara yang terlihat sangat menyebalkan.

I'M NOT TALA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang