22. Ancaman Tara

7.6K 739 21
                                    

Holla,
Terimakasih sudah mau mampir untuk membaca.
Tapi sebelum itu, aku ingetin sekali lagi ya sama kakian kalau cerita ini bukan cerita bxb.

Awas salah lapak sayang...

Oh iya, kalau udah baca cerita ini jangan lupa untuk memberikan dukungan berupa vote dan komen.

Udah segitu dulu,

Happy Reading...

Sekarang Tara berada di kamar Ansel, jika kalian mengira Tara akan berdecak dan mengomel di kamar Ansel, maka jawabannya salah. Karna di sana Tara malah menangis sesegukan dan berhasil membuat Ansel kelimpungan sendiri.

"Udah Tara kamu jangan nangis lagi, udah gede juga masih aja nangis." cegah Ansel yang benar-benar jengah dengan suara tangisan Tara.

"Lo nggak ngerasain sih gimana rasanya jadi gue, hati gue perih tau. Rasanya tuh kayak di cabik-cabik di remes-remes terus di cincang jadi dendeng balado." ucap Tara masih dengan sesegukannya.

Ansel mengernyitkan dahinya, ucapan Tara barusan terdengar sangat ambigu.

"Sejak kapan bikin dendeng balado di remes-remes? Yang diremes kan.... itu...." batin Ansel.

Ansel merebahkan tubuh nya dan memilih memejamkan matanya sejenak. Hari ini dia benar-benar lelah menonton drama gadis itu dan juga tangisan Tara yang terkesan lebay.

Sedangkan Tara malah sibuk menarik ingusnya dan mengucek matanya sampai memerah. Tamparan Kakeknya memang keras tapi lubuk hatinya yang terdalam jauh lebih sakit. Ingat, di kehidupan Tara sebelumnya, dia benar-benar di sayang dan di manja tanpa tamparan seperti ini.

Apalagi tamparan itu di layangkan hanya untuk membela gadis yang tidak tau asal usulnya itu.

Tara terisak. "Gimana nggak nangis gue nya Sel, si Kakek tua malah nampar gue mana kuku nya tajam lagi. Lagian itu cewek siapa sih? Nyebelin banget mana ambil kamar gue lagi." omel Tara.

Ansel tersenyum tipis dan berdiri mengambil tisu yang terletak di atas nakas dan menyerahkan nya kepada Tara. "Nih tisu buat kamu. Jangan kelihatan banget cengeng nya apalagi di depan cewek itu. Kamu harus terlihat lebih cool Tara, kalau bisa kamu itu harus ganas dan menakutkan biar dia nggak berani macam-macam ke kamu." jelas Ansel.

Benar juga apa yang dikatakan Ansel, setidaknya gadis itu tidak akan semena-mena terhadapnya.

"Boleh juga tuh, tapi kepala gue masih di perban jadi muka gue nggak jadi cool mempersona lagi. Ini semua karna perban nggak jelas ini nih."

"Ya itu kan resiko kamu Tara, tunggu aja sampai sembuh kalau enggak ya buka aja biar nggak sembuh itu kepalanya."

Krek

Tara membuka perban nya dan kalian tau Ansel tidak bisa berkata-kata lagi.

"Okeh aku nggak akan kasih saran kamu lagi Tar. Aku nyuruh kamu ke kanan kamu malah ke kiri dan selamat terjun ke jurang Tara."

Tara memandang Ansel datar. "Ck! Lebay kek Rasia."

"Seterah kamu aja deh. Aku lelah." balas Ansel malas.

I'M NOT TALA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang