13. Mabuk

12.5K 1K 78
                                    

Holla,
Terimakasih sudah mau mampir untuk membaca.
Tapi sebelum itu, aku ingetin sekali lagi ya sama kakian kalau cerita ini bukan cerita bxb.

Awas salah lapak sayang...

Oh iya, kalau udah baca cerita ini jangan lupa untuk memberikan dukungan berupa vote dan komen.

Udah segitu dulu,

Happy Reading...

Malam ini Tara benar-benar akan turun untuk balapan. Bahkan anak itu sudah lebih dahulu datang di bandingkan Hakim. Tara benar-benarniat level plus-plus.

Dengan jalan yang masih pincang, Hakim menghampiri Tala yang sudah tampak siap sekali. Orang-orang yang berada di sana banyak yang memperhatikan Tala secara terang-terangan.

Mungkin mereka baru melihat Tala untuk pertama kalinya ada di sini. Apalagi visual Tala tidak main-main tampannya.

"Jadi lo beneran dateng?" tanya Hakim sekedar basa-basi.

Awalnya dia cukup khawatir karena tidak menemukan Tala di sini. Dia bahkan sempat berpikir kalah Tala telah mempermainkan nya. Tapi ternyata anak itu bahkan sudah lebih dahulu ada di sini.

Tara memandang Hakim kesal. Basa-basi macam apa itu.

"Ya jelas lah gue pergi. Kan gue udah janji. Basa-basi lo tadi terlalu basi tau nggak! Padahal udah jelas-jelas lo liat kaki gue udah napak di sini. Masih aja nanya." sahut Tara agak ngegas.

Hakim mengaruk lehernya bingung. Kenapa anak ini tiba-tiba sensi. "Iya gue liat, tapi kan gue cuma basa basi. Yakali nggak basa basi pas ketemu." jawab Hakim ikutan kesal.

Tara tersenyum jahil ke arah Hakim. Melihat ekspresi Hakim yang tampak kesal dan juga lelah entah kenapa Tara menjadi berniat mengusili Hakim lagi dan lagi. Tapi untuk sekarang tidak dulu, momennya lagi nggak tepat.

"Maafin gue ya, Kim. Kalau bercanda nya gue kelewatan. Tapi kalau boleh gue tahu, kenapa bisa panti asuhan yang menjadi taruhan kalian? Ada apa dengan panti asuhan itu?" tanya Tara dengan raut wajah serius.

Hakim menghela napasnya cukup panjang. Tangannya terkepal kuat di bawah sana. Membayangkan panti asuhan tempatnya tinggal sebelum di adopsi oleh orang tua angkatnya harus di bubarkan terlalu sakit jika Hakim bayangkan.

Bahkan, ingin rasanya Hakim membenci orang-orang yang seenaknya saja ingin membubarkan panti itu.

Walaupun begitu, Hakim lega masih ada kesempatan untuk mempertahankan panti itu. Semua Konflik permasalahan di mulai karna Lernad adalah anak dari pemilik tanah tempat panti asuhan di bangun. Lernad
berniat untuk merobohkan panti itu lalu mendirikan markas baru untuk geng motornya.

Hakim yang mendengarkan rencana Lernad tentu saja menentang. Apakah Lernad tidak memikirkan dimana anak-anak panti itu akan berlindung saat panas dan hujan. Dan tanpa pikir panjang, Hakim langsung mengajukan kesepakatan kepada Lernad, dengan cara menantang balapan. Dan isi dari balapan itu adalah, jika Hakim menang maka panti asuhan akan tetap didirikan di sana dan tidak jadi di hancurkan. Bahkan Lernad bersedia untuk merenovasi panti itu menjadi semakin bagus. Dan jika Lernad menang maka Hakim harus iklas membiarkan panti itu di gusur dan Hakim harus membayar 100 juta untuk kekalahannya.

I'M NOT TALA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang