Hampir satu minggu pasca bapak dirawat di rumah sakit, kini kondisinya mulai membaik. Walau bapak masih belum bisa lepas dari kursi roda, tapi fisiknya sudah jauh lebih sehat dibandingkan sebelumnya. Nggak ada komplikasi apapun yang bapak bawa dari sakitnya kemarin sehingga Kinan bisa merasa lebih tenang. Sesekali diliriknya bapak yang duduk di ruang tamu dari arah dapur. Sosok itu nggak lagi membuat Kinan khawatir, apalagi dia mulai kembali disibukkan dengan pekerjaan sampingan diluar pekerjaan kantor. Kinan yang nekat mengambil freelance untuk menambah pemasukan, membuat waktunya perlu dibagi dengan planning yang jelas. Mengurus bapak, merapihkan rumah serta urusan rumah tangga lain, lalu terakhir pekerjaan. Bukan gila harta, tapi Kinan sedang memikirkan untuk kasus jangka panjang dimana sepertinya terus bekerja bukan solusi yang baik. Apalagi bapak mulai sakit-sakitan dan kekhawatirannya selalu nggak habis soal itu.
Ya, lihat nanti juga sih. Kinan belum yakin betul apakah dia bisa melepas semua kehidupan di kota, dan kembali ke kampung ini selamanya ...
Sambil mengaduk tumisan yang tengah ia buat untuk makan siang, sesekali Kinan coba menajamkan pendengarkan ketika pengeras suara dari masjid terdengar. Entah berita kematian atau apa, seseorang tengah mencoba mengetes mic yang akan digunakan.
"Kayaknya bapak-bapak lagi ada yang coba tes mic masjid ya, Dek?" Bapak membuka suara.
"Kayaknya sih Pak. Coba deh, suara TV-nya dikecilkan sedikit. Kinan mau dengar ada berita apa."
Sambil meneruskan masak, pengeras suara dari masjid itu mulai memperdengarkan berita. Agak terputus-putus, tapi sekilas Kinan mendengar soal posyandu dan sosialisasi? Apa ada acara?
"Ada sosialisasi gitu Pak aku dengarnya. Sosialisasi apa, ya?" tanya Kinan tanpa melirik bapak yang sejurus dengan posisinya di arah dapur. Bapak menyahut singkat. "Nggak tahu."
Menggeleng pelan, Kinan coba nggak mempedulikan berita tersebut berhubung saat ini juga dia dalam keadaan repot. Jika menyangkut posyandu, kayaknya nggak jauh dari ibu-ibu yang punya anak usia dini.
Sekitar lima menit berselang, berita dari pengeras suara itu udah nggak terdengar. Berganti dengan ketukan pintu dari luar rumah. Siapa yang datang?
"Eh, ada tamu, Dek!" seru bapak menatap kearah Kinan yang masih berdiri di depan kompor. "Apa tadi berita fogging ya, Dek? Jangan-jangan mau ada fogging masal?" tanya bapak seraya mematikan televisi di depannya. Kinan mengelap tangannya sekilas, mendekat kearah bapak. "Biar Kinan yang buka pintunya, Pak."
Bapak mengangguk lantas membiarkan Kinan membuka pintu rumah mereka. Begitu pintu terbuka, sosok Aden yang tengah tersenyum dengan sedikit gugup disusul salam, menjadi hal yang pertama Kinan lihat.
Ngapain Aden kesini?
"Assalamualaikum ..."
"Waalaikumsalam-"
"Siapa, Dek?" tanya bapak membuat Kinan yang baru saja menjawab salam bergeser. Memperlihatkan sosok Aden yang berdiri tegak di depan pintu. "Aden? Masuk, Den. Buka pintu yang lebar, Dek." suruh bapak membuat Kinan bergeser, membiarkan Aden masuk ke dalam rumah.
"Tumben main kesini hari sabtu, Den? Nggak ada kerjaan di toko, kah?" tegur bapak ramah, mempersilahkan Aden untuk duduk. Kinan melihat kearah Aden yang hari ini berpakaian rapi ... tumben?
Biasanya Aden hanya mengenakan kaus-memang rapi juga sih-tapi rapi yang Kinan maksud adalah Aden yang biasanya hanya bersetelan santai, kali ini mengenakan kemeja dan celana bahan. Rambutnya pun sangat licin dan nggak bergerak sedikitpun.
Aden mau melamar kerja atau gimana, sih?
"Iya, Pak. Hari ini cuma setengah hari aja di toko. Kebetulan saya memang niat datang kesini karena ada yang mau saya bicarakan sama Kinan-"

KAMU SEDANG MEMBACA
Saatnya Menikah! [Completed]
Romance[Chapter 23-End dan Extra Part akan terbit di KaryaKarsa @TaeIlss ya!] 'Saatnya' The Series #2 Selama bertahun-tahun bekerja dan hidup di kota besar, Kinan nggak pernah membayangkan untuk kembali ke kampung dan menetap. Namun, kabar yang hari itu ia...