Ada Risiko, Disetiap Pilihan [23]

662 61 2
                                    

Suasana pagi di rumah sederhana itu tampak berbeda akan kehadiran dua sosok yang saling sunyi sambil sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Kinan yang berbalut daster sebatas lutut, sementara Aden dengan kaus polos dan celana pendeknya tengah mengerjakan kegiatan rumah tangga. Kinan bersama panci dan sutil, sementara Aden bersama piring dan gelas kotor. Bukan dalam gencatan senjata, tapi mereka yang beberapa waktu lalu masih berbagi selimut itu, kini tak saling tegur seolah orang lain. Padahal, intensitas kegiatan mereka semalam cukup membuat Aden merasakan kelegaan diantara emosi dan luapan lelah yang bercampur menjadi satu. Bahkan bukan hanya dirinya, begitupun dengan Kinan yang sejak awal menjadi agen yang membuka 'pintu' itu lebih dulu. Namun, secepat kilat semuanya berubah lagi seperti semula, apalagi sejak mengetahui jawaban yang ingin ia dengar dari Kinan. Makin runyam lah isi pikiran Aden ...

-

"... Pesan bapak, tolong jaga pernikahan ini tetap baik-baik saja ya, Den? Bapak titip Kinan. Apalagi kalau Kinan sudah masuk kerja nanti, kayaknya kalian bakal berpisah sementara. Bapak harap kalian tetap harmonis walau katanya long distance married, ya? Selama itu baik, usaha apapun pasti akan dipermudah sama yang maha kuasa. Asal kitanya mau terus menjaganya tetap utuh dan nggak lupa satu sama lain." pesan bapak serius. Kinan meletakkan nampan berisi teh dan kudapan pendamping. Mendengar kata-kata bapak membuatnya sekilas tersenyum kecil. Terasa aneh ketika bapak ucapkan, sementara kenyataannya mungkin nggak seindah yang didengar ...

-

"... Firasat Idan semalam benar Mas. Ternyata truk kita memang dimacam-macam sama orang. Tadi pelakunya ketangkap. Idan cari Mas Aden kesini karena mau kasih tahu. Ayo Mas, sekarang orangnya sedang disidang di rumah Pak RW."

"Hah? Serius kamu?" kaget Aden.

Wildan mengangguk yakin. "Iya, Mas. Serius ..." 

-

"... Saya ditelepon orang. Ngakunya bernama Saka, anaknya Pak Poco. Dia kasih saya dan istri sejumlah uang, lalu minta saya kasih pelajaran ke seseorang beranama Adendra, yang punya usaha beras dan gudang besar di ujung jalan. Saya nggak pernah lihat orangnya, tapi dia mengancam saya dan keluarga, bahkan tahu nama istri saya dan alamat rumah saya, sampai mertua saya. Saya takut, Mas. Saya terpaksa terima uangnya dan turuti yang dia mau karena kepepet juga. Satu sisi saya butuh uangnya, satu sisi saya takut diancam." terangnya terdengar semakin pasrah.

Mendengar nama Saka terucap, keributan semakin menjadi. Beberapa laki-laki yang berkerumun mengusulkan ide untuk datang melabrak rumah Saka dan Pak Poco. 

-

Ada apa dengan Kinan dan sikapnya? Mengapa dia mendadak seperti ini?

Apa ini cara yang benar untuk menunjukkan sebuah salam perpisahan?

-

Ini hanya chapter preview, kalian bisa baca fullnya mulai dari chapter 23-End secara berkala di akun Karyakarsa @TaeIlss ya! Silahkan langsung mampir dan klik linknya di bio aku, ya!

Jangan sampai ketinggalan seluruh cerita Aden dan Kinan, termasuk beberapa extra part nantinya! 


Saatnya Menikah! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang